Filsafat
dan pendidikan merupakan dua hal yang berbeda
dan memiliki pengertian tersendiri. Namun terlepas dari
pengertian dan makna yang berbeda,
filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan.
Mengapa demikian? Karena filsafat dan pendidikan
memiliki kolerasi atau hubungan yang membuatnya tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Ini merupakan hal yang wajar karena filsafat merupakan induk dari
berbagai ilmu termasuk pendidikan, dimana pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi
filsafat Hal ini sejalan dengan pemikiran Brauner dan Burns (Problem in Education Philosophy) bahwa
pendidikan dan filsafat itu tidak dapat dipisahkan karena yang dijadikan sasaran/tujuan
pendidikan juga dijadikan
sasaran/tujuan
filsafat yaitu kebijaksanaan. Lantas
seperti apa hubungan antara filsafat dan pendidikan?
Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu dengan sungguh-sungguh atau secara mendalam sampai keakar-akarnya, untuk mencari kebenaran dan hakikat dari hal
tersebut. Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam,
maka dapat dikatakan filsafat merupakan kebenaran menyeluruh yang sering
dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran
ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Filsafat
menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai semua aktivitas warga
negara dari suatu bangsa. Sedangkan pendidikan adalah usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam lingkungan masyarakat dan
lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejala
perbuatan mendidik.
Kilpatrick dalam bukunya “Philosophy of Education”, menjelaskan bagaimana hubungan filsafat
dengan pendidikan sebagai berikut: “Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam
satu usaha; berfilsafat adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan
cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik adalah usaha merealisasikan
nilai-nilai dan cita-cita itu dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia.
Mendidik adalah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan oleh filsafat,
dimulai dengan generasi muda; untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di
dalam kepribadian mereka, dan dengan cara ini pula cita-cita tertinggi suatu
filsafat dapat terwujud dan melembaga di dalam kehidupan mereka.”
Dengan demikian
jelaslah bahwa filsafat dan pendidikan itu tidak dapat dipisahkan. Dalam hal
ini filsafatlah yang menetapkan konsep, ide-ide dan idealisme atau ideologi
yang dibutuhkan sebagai dasar/landasan dan tujuan pendidikan. Dan pendidikan
merupakan usaha yang mengupayakan agar ide-ide tersebut menjadi kenyataan,
tindakan, tingkah laku, dan bahkan membina kepribadian.
Hubungan lain antara filsafat dan pendidikan terkait
dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif
koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan
kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung
dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan
filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan sendiri adalah hasil pemikiran dan
perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat
pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat Pendidikan tidak bolah
bertentangan dengan filsafat. Oleh karenanya filsafat dan pendidikan
menggunakan sasaran/tujuan yang sama yaitu kebijaksanaan.
Karena tanpa filsafat, pendidikan tidak dapat berbuat
apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa
pendidikan, filsafat tetap berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena itulah,
seorang guru harus memahami dan mendalami filsafat, khususnya filsafat
pendidikan. Melalui filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan dan
pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah ontology, epistimologi, dan
aksiologi.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar