Bicara tentang bahagia
berarti juga berbicara tentang kenyamanan. Bicara tentang kenyamanan berarti
juga bicara tentang persepsi (penilaian personal), tentang semua yang dialami
atau dihadapi. Bicara tentang persepsi berarti bicara tenang diri sendiri,
Karena persepsi terjadi di dalam diri. Maka dari itu, bicara tentang bahagia
berarti bicara tentang diri seendiri. Lebih tepatnya, bicara tentang
kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, berarti bahagia selalu ada di dalam
diri sendiri, bukan di luar diri kita.
Itu masalahnya. Menurut
pemikiran Toge Apriliyanto seorang psikolog, yang mengatakan bahwa banyak orang
mencari bahagia di luar diri, bukan di dalam diri. Akibatnya, ia tidak pernah
mendapatkan kebahagiaan, karena memang bahagia tidak ada di luar diri. Beliau
memaparkan kisahnya sebagai Contoh: aku pada masa kelam dulu juga pernah
berpendapat seperti itu. Aku merasa bahwa aku akan bahagia bila aku dapat hidup
dalam kehidupan yang berbeda dari yang aku alami atau hadapi pada saat itu.
Tetapi, kebanyakan orang terikat pada uang atau hal-hal yang bersifat material,
aku cenderung lebih terikat pada hal-hal immaterial. Kalau kebanyakan orang
merasa akan bahagia bila punya uang banyak dan/atau barang-barang tertentu, aku
merasa akan berbahagia bila aku bisa berbuat sekehendak hati. Oleh karenanya,
pada masa itu aku selalu berupaya melakukan segala sesuatunya dengan cara yang
tidak umum, bahkan bertentangan dengan cara-cara umum dilakukan orang.
Tujuannya hanya supaya aku puas Karena bisa melakukannya sekehendak hatiku. Termasuk
di dalamnya kebebasan untuk menentukan: mau melakukan hal itu atau tidak. Kalau
tidak mau, segala upaya yang dikerahkan hanya untuk memenangkan kendali agar
aku bisa menghindari hal itu dengan risiko yang minimal.
Ya, semuanya memang
hanya soal titik keseimbangan dan persepsi. Makanya pada postingan sebelumnya
disebutkan bahwa semua orang akan berbahagia, pada saatnya. Untuk itu, yang
sebenarnya kita perlukan agar kita bissa berbahagia, hanyalah merassakan dan
menikmati bahagia yang kita miliki, saat ini, di tempat ini.
Persoalannya, merasa
bahagia itu memerlukan kesadaran positif dari diri sendiri, maka walau yang
perlu kita lakukan hanyalah merasakan dan menikmati rasa itu, bagi kebanyakan
orang hal itu juga bukanlah perkara mudah. Kenyataan ini sangat bisa
dimengerti, mengingat kesadaran memang jauh lebih mudah digambarkan daripada
dijelaskan. William James yang merupakan satu diantara tokoh perintis
perkembangan psikologi, mengatakan bahwa kesadaran itu seperti darah, terus
bergerak dan mengangkut segala yang masuk ke dalamnya, tak peduli apakah ia
mengangkut hal baik atau buruk. Demikian halnya dengan kesadaran orang. Semua
peristiwa yang dialami atau dihadapi, disimpan di dalam ingatan tak peduli itu
peristiwa menyenangan maupun peristiwa tidak menyenangkan. Lalu, dikemudian
hari, ingatan itu pulalah yang digunakan sebagai panduan atau pedoman untuk
memilih, menilai dan menerjemahkan informasi berbentuk sensasi yang di terima
otak. Akibatnya, kalau yang cocok adalah peristiwa yang tidak menyenangkan,
maka penilaian personal yang dihasilkan sangat mungkin akan jadi tidak
menyenangkan juga. Akhirnya, keputusan yang dibuat akan bersandar pada
penilaian yang tidak menyenangkan itu sehingga pada saat itu, di tempat ini
kita jadi tidak bahagia.
Selanjutnya agar kita
mampu membangun kesadaran positif, dengan harapan kita akan lebih dapat
mengarahkan penilaian personal jadi lebih positif juga, mak yang perluu kita
perhatikan adalah apa yang terjadi dalam perjalanan hidup lima tehun pertama.
Freud adalah tokoh penting yang memiliki pendapat bahwa pada masa lima tahun
pertama dalam kehidupan tiap orang adalah masa paling penting berkait
optimalisasi perkembangan kepribadian. Walau banyak kritik tentang teori psikoseksualnya,
pemahaman bahwa masa lima tahun pertama dalam kehidupan adalah masa penting
bagi tiap orang, juga disepakati oleh banyak ilmuwan di bidang psikologi,
setelah masa Freud. William Glasser juga menyatakan masa lima tahun pertama
adalah saat diimana orang mulai membangun gambaran dunia idealnya. Semua
peristiwa yang dinilainya menyenagkan akan disimpan untuk digunakan sebagai
kriteria bahagia, atau minimal kriteria nyaman. Erik Erikson juga menyatakan
bahwa di masa lima tahun pertama, orang memiliki tugas pertama untuk membangun
rasa aman dan konsep diri yang positif. Oleh karenanya, kegagalan dalam masa
itu akan berpengaruh terhadap penilaian ia tentang diri dan dunia di luar
dirinya. Alice Miller mengatakan bahwa tahun-tahun pertama kehidupan adalah
massa dimana orang mulai membangun nilai-nilai kedekatan emosi dengan dirinya
melalui cerminan perilkau orang lain dan perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Sekarang, sudah jelas
bahwa bahagia adalah kondisi di dalam diri, yang seharusnya dapat kita atur
sekehendak hati, karena bergantung pada penilaian personal kita
masing-masing. Maka dari irtu, ayo kita mulai belajar memahami bagaimana
cara-cara yang biasa kita gunakan untuk membangun suatu persepsi terhadap dunia
di dalam dan juga dunia di luar diri. Caranya, dengan mencoba memahami apa yang
terjadi pada masa limma tahun pertama kehidupan kita. Harapannya, dengan
memahami hal itu, kita dapat mmembangun kesadaran yang lebih positif, mengingat
saat ini kita sudah berada pada tingkat kematangan yang berbeda dibandingkan
beberapa waktu yang lalu. Artinya, dengan tingkat kematangan yang lebih baik
Karena lebih benyak pengalaman dan wawasan tentang kehidupan, kita menjadi
lebih dapat memetakkan kondisi pribadi kitasaat ini, untuk kemudian menentukan
langkah selanjutnya. Apakah akan tetap seperti yang lama ini kita jalani?
Apakah akan melakukan sesuatu supaya kondisi kita selama ini bisa disesuaikan
dengan kehidupan yang seeding kita hadapi? Apakah kita perlu melakukan sesuatu
guna mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di masa mendatang semuanya
bergantung pada keputusan kita masing-massing. Semuanya bergantung pada
bagaimana persepsi kita terhadap diri dan hidup kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar