Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang
dilandasi premis bahwa dengan mereflesikan pengalaman, kita membangun,
mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup.
Belajar semata-mata sebagai suatu proses pengaturan model mental seseorang
untuk mengakomodasi pengalaman-pengalaman baru.
Teori kontruktivis ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstranformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
jika aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami
dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus berusaha memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan
ide-ide. Sama halnya dalam mempelajari matematika, untuk lebih memahami materi
tersebut siswa harus memecahkan soal-soal matematika yang dipelajarinya, dimana
siswa harus bisa membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya jadi guru tidak
harus sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa namun juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Dalam hal ini dipahami bahwa ketika siswa belajar matematika dia bisa mencari
rumus baru atau mengembangakan rumus yang telah ada sebagai alternative lain
namun tetap berpedoman pada rumus yang telah ada.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.
Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan
dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar