Senin, 26 Desember 2016

Apa Yang Di Maksud Dengan Relasi?

Setelah kita belajar tentang seluk-beluk perilaku pada postingan sebelumnya, kali ini kita akan belajar tentang seluk-beluk relasi, demi memahami seluk-beluk bahagia menurut pandangan Toge Apriliyanto seorang psikolog. Mengapa demikian? Jika kita ingin cepat mengetahui jawabannya bisa saja kita langsung membahas “Tentang Bahagia”, namun alangkah lebih baik jika kita mengikuti jalan setapak yang sudah disiapkan. Maksudnya, supaya kala kita sampai pada pembahasan tentang bahagia, tidak ada lagi pertentangan di dalam pikiran akibat perbedaan pola berpikir diantara kita.
Secara prinsip, perilaku memang cerita tentang relasi adalah salah satu yang sudah disinggung dalam paparan dalam perilaku. Namun, secara praktis, saya pikir kita perlu mengamatinya lebih dekat, agar pemahaman kita tidak jadi tumpang tindih dengan pemahaman tentang perilaku. Soalnya perilaku tidak sama dengan relasi. Tiap relasi akan mengandung nilai-nilai perilaku, tetapi tidak semua perilaku akan menghasilkan relasi. Perilaku hanya akan menjadi relasi, bila perilaku itu bisa memunculkan dampak berupa alasan yang relevan dan /atau sesuai seperti yang diharapkan.
Relasi adalah kumpulan sejumlah perilaku yang diikuti oleh satu transaksi yang positif (berhasil). Jadi, bila perilakuu merupakan hasil integrasi dari semua komponen pembangunannya, relasi adalah kumpulan dari beberapa komponen mandiri  yang saling berinteraksi dalam sebuah kesepakatan yang bersifat mufakat dan berkelanjutan.
    Sampai disini, mungkin anda bertanya-tanya mengapa ada kata “diikuti oleh satu transaksi” dan mengapa pula transaksinya dibatasi oleh kata “positif atau berhasil”. Konsep “transaksi positif” penting di perhatikan karena dua hal:
1.   Hanya dengan adanya transaksi positif (disepakati), perilaku bisa mencapai tahapan menjadi relasi, Karena transaksi positif itu adalah bukti bahwa perilaku yang ditampilkan bisa saling memberikan dampak secara timbal balik.
2.  Hanya ketika transaksi berhasil mencapai titik sepakat, perilaku yang salinng memengaruhi (memberikan dampak secara timbal balik) itu akan berlanjut, sehingga dampak yang timbal ballik akan dapat dipertahankan agar terus terjadi (berkelanjutan).
Transaksi positif dan dampak timbal balik
Bila kita bicara tentang transaksi, maka kita perlu berbicara tentang komunikasi. Seperti sudah diketahui, definisi komunikasi adalah proses penyampaian informasi kepada penerima informasi, dengan menggunakan media tertentu supaya informasi yang disampaikan bisa ditangkap dengan baik serta dipahami dengan benar. Selain itu, kita juga sudah mengerti jika  komunikasi memiliki keterbatasan  dan sangat mungkin mengalami hambatan. Dampaknya informasi yang akan disampaikan berpotensi jadi tidak dapat disampaikan dengan baik dan pemahaman terhadap informassi tersebut juga dapat menjadi keliru.
Berkait dengan perilaku, Karena komunikasi adalah satu-satunya media untk bertukar informasi antar-organisme (termasuk manusia), maka komunikasi juga menjadi media utama yang memungkinkan perilaku menghasilkan relasi. Hal ini disebabkan perilaku dalam konteks relasional juga merupakan kumpulan innformasi atau pesan yang perlu disampaikan kepada pihak lain, untuk ditanggapi secara relevan agar bisa terjadi situasi sailing memengaruhi. Selanjutnya situasi saling memengaruhi itu menjadi dsar terjadinya transaksi positif yang mendasari keputusan untuk membangun interaksi berkelanjutan yang kita sebut relasi. 
Jadi, relasi perlu mengandung transaksi yang positif Karena tanpa adanya transaksi yang positif atau disepakati bersama oleh semua pihak yang terlibat, maka perilaku yang ditampilkan tidak akan bisa memberikan dampak saling memengaruhi yang timbal balik dan berkelanjutan.
Transaksi positif dan dampak yang berkelanjutan
Pemahaman mengenai dinamika komunikasi itu membuat kita paham bahwa relasi dapat terjadi bila pertukaran informasi dan/ataudampak yang saling memengaruhi secara timbal balik itu ada dalam koridor pemahaman yang setara diantara pihak-pihak yang terlibat dalm transaksi informasi atau komunikasi tersebut. Selanjutnya, kesetaraan pemahaman diantara pihak-pihak yang terlibat itu akan membuat masing-masing pihak menilai bahwa semua pihak bersedia memberikan/melakukan apa yang diharapkan pihak lain. Dalam situasi itulah kesepakatan terjadi dan pada gilirannya kemudian membuat pertukaran informasi dalam rupa perilaku itu dapat terjadi secara berkelanjutan  dalam rentang waktu tertentu, seperti yang disepakati atau hingga pada suatu saat terjadi perubahan kesepakatan.
Transaksi positif dan transaksi negatif
Seperti yang sudah dipaparkan bahwa transaksi positif yang dimaksud adalah kondisi dimana sebuah transaksi berbuah kesepakatan, maka yang dimaksud dengan transaksi negatif adalah kondisi dimana sebuah transaksi tidak menghasilkan kesepakatan. Artinya tarnsaksi itu berhenti dan tidak berkelanjutan. Dalam konteks relasi, maka pemahamannya dalah sebagai berikut: sebuah transaksi disebut negatif kalau perilaku yang ditampilkan oleh pihak pengirim pesan tidak mendapatkan tanggapan yang relevan dari pihak penerima atau yang terpapar oleh pesan itu, seperti yang diharapkan oleh pihak pengirim pesan. Akibatnya, tidak terjadi dampak yang berkelanjutan, walau mungkin terjadi dampak saling memengaruhi secara timbal balik. Kalau kejadian tersebut terjadi, maka cepat atau lambat transaksi itu akan terhenti. Dengan demikian, relasi tidak terjadi. Itu sebabnya realasi butuh transaksi yang positif.
Jadi, jelaslah bahwa pembahasan tentang relasi perlu ditampilkan secara tersendiri dan tidak hanya menjadi bagian dari pembahasan tentang perilaku. Selain Karena tidak semua perilaku akan menjadi relasi, juga Karena konsep relasi sendiri mengandung hal-hal yang cukup rumit dan berpotensi salah dipahami bila kita tidak sungguh-sungguh mencermatinya secara mendalam dan menyeluruh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar