Setelah kita belajar
tentang seluk-beluk perilaku pada postingan sebelumnya, kali ini kita akan
belajar tentang seluk-beluk relasi, demi memahami seluk-beluk bahagia menurut
pandangan Toge Apriliyanto seorang psikolog. Mengapa demikian? Jika kita ingin
cepat mengetahui jawabannya bisa saja kita langsung membahas “Tentang Bahagia”,
namun alangkah lebih baik jika kita mengikuti jalan setapak yang sudah
disiapkan. Maksudnya, supaya kala kita sampai pada pembahasan tentang bahagia,
tidak ada lagi pertentangan di dalam pikiran akibat perbedaan pola berpikir
diantara kita.
Secara prinsip,
perilaku memang cerita tentang relasi adalah salah satu yang sudah disinggung
dalam paparan dalam perilaku. Namun, secara praktis, saya pikir kita perlu
mengamatinya lebih dekat, agar pemahaman kita tidak jadi tumpang tindih dengan
pemahaman tentang perilaku. Soalnya perilaku tidak sama dengan relasi. Tiap
relasi akan mengandung nilai-nilai perilaku, tetapi tidak semua perilaku akan
menghasilkan relasi. Perilaku hanya akan menjadi relasi, bila perilaku itu bisa
memunculkan dampak berupa alasan yang relevan dan /atau sesuai seperti yang
diharapkan.
Relasi adalah kumpulan
sejumlah perilaku yang diikuti oleh satu transaksi yang positif (berhasil).
Jadi, bila perilakuu merupakan hasil integrasi dari semua komponen
pembangunannya, relasi adalah kumpulan dari beberapa komponen mandiri yang saling berinteraksi dalam sebuah
kesepakatan yang bersifat mufakat dan berkelanjutan.
Sampai disini, mungkin anda
bertanya-tanya mengapa ada kata “diikuti oleh satu transaksi” dan mengapa pula
transaksinya dibatasi oleh kata “positif atau berhasil”. Konsep “transaksi
positif” penting di perhatikan karena dua hal:
1. Hanya
dengan adanya transaksi positif (disepakati), perilaku bisa mencapai tahapan
menjadi relasi, Karena transaksi positif itu adalah bukti bahwa perilaku yang
ditampilkan bisa saling memberikan dampak secara timbal balik.
2. Hanya
ketika transaksi berhasil mencapai titik sepakat, perilaku yang salinng memengaruhi
(memberikan dampak secara timbal balik) itu akan berlanjut, sehingga dampak
yang timbal ballik akan dapat dipertahankan agar terus terjadi (berkelanjutan).
Transaksi
positif dan dampak timbal balik
Bila kita bicara
tentang transaksi, maka kita perlu berbicara tentang komunikasi. Seperti sudah
diketahui, definisi komunikasi adalah proses penyampaian informasi kepada
penerima informasi, dengan menggunakan media tertentu supaya informasi yang
disampaikan bisa ditangkap dengan baik serta dipahami dengan benar. Selain itu,
kita juga sudah mengerti jika
komunikasi memiliki keterbatasan
dan sangat mungkin mengalami hambatan. Dampaknya informasi yang akan
disampaikan berpotensi jadi tidak dapat disampaikan dengan baik dan pemahaman
terhadap informassi tersebut juga dapat menjadi keliru.
Berkait dengan
perilaku, Karena komunikasi adalah satu-satunya media untk bertukar informasi
antar-organisme (termasuk manusia), maka komunikasi juga menjadi media utama
yang memungkinkan perilaku menghasilkan relasi. Hal ini disebabkan perilaku
dalam konteks relasional juga merupakan kumpulan innformasi atau pesan yang
perlu disampaikan kepada pihak lain, untuk ditanggapi secara relevan agar bisa
terjadi situasi sailing memengaruhi. Selanjutnya situasi saling memengaruhi itu
menjadi dsar terjadinya transaksi positif yang mendasari keputusan untuk
membangun interaksi berkelanjutan yang kita sebut relasi.
Jadi, relasi perlu mengandung transaksi yang positif Karena tanpa adanya transaksi yang positif atau disepakati bersama oleh semua pihak yang terlibat, maka perilaku yang ditampilkan tidak akan bisa memberikan dampak saling memengaruhi yang timbal balik dan berkelanjutan.
Jadi, relasi perlu mengandung transaksi yang positif Karena tanpa adanya transaksi yang positif atau disepakati bersama oleh semua pihak yang terlibat, maka perilaku yang ditampilkan tidak akan bisa memberikan dampak saling memengaruhi yang timbal balik dan berkelanjutan.
Transaksi
positif dan dampak yang berkelanjutan
Pemahaman mengenai
dinamika komunikasi itu membuat kita paham bahwa relasi dapat terjadi bila
pertukaran informasi dan/ataudampak yang saling memengaruhi secara timbal balik
itu ada dalam koridor pemahaman yang setara diantara pihak-pihak yang terlibat
dalm transaksi informasi atau komunikasi tersebut. Selanjutnya, kesetaraan
pemahaman diantara pihak-pihak yang terlibat itu akan membuat masing-masing
pihak menilai bahwa semua pihak bersedia memberikan/melakukan apa yang
diharapkan pihak lain. Dalam situasi itulah kesepakatan terjadi dan pada
gilirannya kemudian membuat pertukaran informasi dalam rupa perilaku itu dapat
terjadi secara berkelanjutan dalam
rentang waktu tertentu, seperti yang disepakati atau hingga pada suatu saat
terjadi perubahan kesepakatan.
Transaksi
positif dan transaksi negatif
Seperti yang sudah
dipaparkan bahwa transaksi positif yang dimaksud adalah kondisi dimana sebuah
transaksi berbuah kesepakatan, maka yang dimaksud dengan transaksi negatif
adalah kondisi dimana sebuah transaksi tidak menghasilkan kesepakatan. Artinya
tarnsaksi itu berhenti dan tidak berkelanjutan. Dalam konteks relasi, maka
pemahamannya dalah sebagai berikut: sebuah transaksi disebut negatif kalau
perilaku yang ditampilkan oleh pihak pengirim pesan tidak mendapatkan
tanggapan yang relevan dari pihak penerima atau yang terpapar oleh pesan itu,
seperti yang diharapkan oleh pihak pengirim pesan. Akibatnya, tidak terjadi
dampak yang berkelanjutan, walau mungkin terjadi dampak saling memengaruhi secara
timbal balik. Kalau kejadian tersebut terjadi, maka cepat atau lambat transaksi
itu akan terhenti. Dengan demikian, relasi tidak terjadi. Itu sebabnya realasi
butuh transaksi yang positif.
Jadi, jelaslah bahwa
pembahasan tentang relasi perlu ditampilkan secara tersendiri dan tidak hanya
menjadi bagian dari pembahasan tentang perilaku. Selain Karena tidak semua
perilaku akan menjadi relasi, juga Karena konsep relasi sendiri mengandung
hal-hal yang cukup rumit dan berpotensi salah dipahami bila kita tidak
sungguh-sungguh mencermatinya secara mendalam dan menyeluruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar