Pada postingan
sebelumnya saya sudah membahas mengenai apa itu takdir? Namun masih banyak
orang yang tidak bisa membedakan antara takdir dan nasib. Kebanyakan orang
menyamakan makna dari takdir dan nasib. Padahal keduanya memiliki makna atau
arti yang berbeda. Nah, pada postingan kali ini saya akan menjawab pertanyaan,
Apa perbedaan nasib dan takdir? Sebenarnya jawaban dari pertanyaan ini
masing-masing orang bisa mencarinya sendiri.
Didalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasib diartikan dengan sesuatu yang ditentukan
oleh Tuhan atas diri seseorang; misalnya, nasib membawanya terhempas di
Jakarta. Nasib baik (nasib mujur) adalah keberuntungan, misalnya ; ia selalu
memperoleh nasib baik di usahanya. Nasib buruk adalah kemalangan, misalnya;
nasib buruk telah menimpa keluarganya.
Kata nasib
sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti al hazzhu min kulli
syai’in (bagian dari segala sesuatu) bentuk pluralnya adalah anshiba
dan anshibah. Dari aspek majaz : jika disebutkan lii nashiibun minhu artinya
kami mempunyai bagian tertentu pada asalnya. An nashib juga
bermakna al haudhu yaitu bagian dari daerah tertentu di bumi
sebagaimana disebutkan al Jauhari. (Lisanul Arab juz I hal 974, Maktabah
Syamilah)
Dari kedua
makna tersebut, nasib bisa diartikan dengan bagian yang diterima seseorang,
baik itu berupa kesenangan maupun kesusahan, keuntungan maupun kerugian,
kebaikan maupun keburukan.
Sedangkan
takdir berasal dari kata al qodr yang menurut syariat adalah
bahwasanya Allah swt mengetahui ukuran-ukuran dan waktu-waktunya sejak azali
kemudian Dia swt mewujudkannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya sesuai dengan
ilmu-Nya. Dan Dia swt juga menetapkannya di Lauh Mahfuzh sebelum
menciptakannnya, sebagaimana disebutkan didalam hadits, ”Yang pertama kali
diciptakan Allah adalah pena. Dia swt mengatakan kepadanya, ’Tulislah.’ Pena
itu mengatakan, ’Apa yang aku tulis?’ Dia swt mengatakan, ’Tulislah segala
sesuatu yang akan terjadi.” (Syarhul aqidah al wasathiyah juz I hal 32,
Maktabah Syamilah)
Tidak ada
sesuatu pun yang terjadi di alam ini—tidak hanya pada manusia—baik pada mahkluk
hidup maupun benda mati, yang bergerak maupun yang diam, yang kecil maupun yang
besar, yang ghaib maupun yang nyata kecuali sudah ditetapkan dan dituliskan
oleh Allah swt di Lauh Mahfuzh.
Tidak satu
pun daun yang rontok dari dahannya, semut yang mati di atas batu hitam, benda
langit yang hilang, kerikil yang berpindah tempatnya, jumlah bayi yang terlahir
dan meninggal setiap detiknya kecuali itu semua berada dalam ilmu, ketetapan,
kehendak dan ciptaan Allah swt.
Adapun
takdir yang terkait dengan kehidupan manusia sebagaimana disebutkan didalam
sabda Rasulullah saw,”..kemudian dia bertanya lagi, ’Beritahukan kepadaku
tentang Iman.’ Nabi saw menjawab, ’Hendaklah engkau beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada
takdir Allah yang baik dan buruk.” (HR. Muslim)
Artinya
bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi pada manusia baik perbuatan maupun
perkataannya, kesenangan maupun kesusahannya, sehat maupun sakitnya, rezeki
maupun musibahnya, pahala maupun dosanya, hidup maupun matinya, yang seluruhnya
adalah bagian dari kehidupannya kecuali sudah diketahui dan ditetapkan Allah
swt serta sesuai dengan kehendak dan ciptaan-Nya.
Dari
definisi tentang nasib dan takdir diatas, maka bisa disimpulkan bahwa nasib
pada umumnya digunakan untuk bagian yang diterima manusia baik berupa kebaikan
atau keburukan, kesenangan atau kesusahan. Sedangkan takdir tidak hanya
mencakup hal-hal yang terjadi pada manusia namun ia juga yang terjadi pada
seluruh makhluk lainnya di alam ini sejak zaman azali dan sudah dituliskan di
Lauh Mahfuzh. Sehingga nasib adalah bagian dari takdir.
Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
BalasHapuspengertian takdir Kaifa Haluk Artinya Ufa Bunga SMartphone