Senin, 19 Desember 2016

Perbedaan Nasib dan Takdir



Pada postingan sebelumnya saya sudah membahas mengenai apa itu takdir? Namun masih banyak orang yang tidak bisa membedakan antara takdir dan nasib. Kebanyakan orang menyamakan makna dari takdir dan nasib. Padahal keduanya memiliki makna atau arti yang berbeda. Nah, pada postingan kali ini saya akan menjawab pertanyaan, Apa perbedaan nasib dan takdir? Sebenarnya jawaban dari pertanyaan ini masing-masing orang bisa mencarinya sendiri.
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasib diartikan dengan sesuatu yang ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang; misalnya, nasib membawanya terhempas di Jakarta. Nasib baik (nasib mujur) adalah keberuntungan, misalnya ; ia selalu memperoleh nasib baik di usahanya. Nasib buruk adalah kemalangan, misalnya; nasib buruk telah menimpa keluarganya.
Kata nasib sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti al hazzhu min kulli syai’in (bagian dari segala sesuatu) bentuk pluralnya adalah anshiba dan anshibah. Dari aspek majaz : jika disebutkan lii nashiibun minhu artinya kami mempunyai bagian tertentu pada asalnya. An nashib juga bermakna al haudhu yaitu bagian dari daerah tertentu di bumi sebagaimana disebutkan al Jauhari. (Lisanul Arab juz I hal 974, Maktabah Syamilah)
Dari kedua makna tersebut, nasib bisa diartikan dengan bagian yang diterima seseorang, baik itu berupa kesenangan maupun kesusahan, keuntungan maupun kerugian, kebaikan maupun keburukan.
Sedangkan takdir berasal dari kata al qodr yang menurut syariat adalah bahwasanya Allah swt mengetahui ukuran-ukuran dan waktu-waktunya sejak azali kemudian Dia swt mewujudkannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya sesuai dengan ilmu-Nya. Dan Dia swt juga menetapkannya di Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannnya, sebagaimana disebutkan didalam hadits, ”Yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena. Dia swt mengatakan kepadanya, ’Tulislah.’ Pena itu mengatakan, ’Apa yang aku tulis?’ Dia swt mengatakan, ’Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi.” (Syarhul aqidah al wasathiyah juz I hal 32, Maktabah Syamilah)
Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di alam ini—tidak hanya pada manusia—baik pada mahkluk hidup maupun benda mati, yang bergerak maupun yang diam, yang kecil maupun yang besar, yang ghaib maupun yang nyata kecuali sudah ditetapkan dan dituliskan oleh Allah swt di Lauh Mahfuzh.
Tidak satu pun daun yang rontok dari dahannya, semut yang mati di atas batu hitam, benda langit yang hilang, kerikil yang berpindah tempatnya, jumlah bayi yang terlahir dan meninggal setiap detiknya kecuali itu semua berada dalam ilmu, ketetapan, kehendak dan ciptaan Allah swt.
Adapun takdir yang terkait dengan kehidupan manusia sebagaimana disebutkan didalam sabda Rasulullah saw,”..kemudian dia bertanya lagi, ’Beritahukan kepadaku tentang Iman.’ Nabi saw menjawab, ’Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan buruk.” (HR. Muslim)
Artinya bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi pada manusia baik perbuatan maupun perkataannya, kesenangan maupun kesusahannya, sehat maupun sakitnya, rezeki maupun musibahnya, pahala maupun dosanya, hidup maupun matinya, yang seluruhnya adalah bagian dari kehidupannya kecuali sudah diketahui dan ditetapkan Allah swt serta sesuai dengan kehendak dan ciptaan-Nya.
Dari definisi tentang nasib dan takdir diatas, maka bisa disimpulkan bahwa nasib pada umumnya digunakan untuk bagian yang diterima manusia baik berupa kebaikan atau keburukan, kesenangan atau kesusahan. Sedangkan takdir tidak hanya mencakup hal-hal yang terjadi pada manusia namun ia juga yang terjadi pada seluruh makhluk lainnya di alam ini sejak zaman azali dan sudah dituliskan di Lauh Mahfuzh. Sehingga nasib adalah bagian dari takdir.

1 komentar:

  1. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    pengertian takdir Kaifa Haluk Artinya Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus