Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks,
kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan - tingkatan. Perkembangan
kemandirian seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkat
perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger, mengemukakan tingkatan kemandirian
dan karakteristiknya, yaitu:
1. Tingkat pertama, adalah tingkat impulsif
dan melindungi diri. Ciri-cirinya:
a. Peduli terhadap control dan keuntungan
yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b. Mengikuti aturan secara spontanitik dan
hedonistic.
c. Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara
berpikir tertentu (stenotype).
d. Cenderung melihat keidupan sebagai
zero-sum games.
e. Cenderung menyalahkan dan mencela orang
lain serta lingkungannya.
2. Tingkat kedua, adalah tingkat
konformistik. Ciri-cirinya:
a. Peduli terhadap penampilan diri dan
penerimaan sosial.
b. Cendrung berpikir stereotype dan klise.
c. Peduli akan konformitas terhadap aturan
eksternal.
d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh
pujian.
e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan
kurangnya intropeksi.
f.
Perbedaan
kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
g. Takut tidak diterima kelompok.
h. Tidak sensitif terhadap keindividuan.
i.
Merasa
berdosa jika melanggar aturan.
3. Tingkat ketiga adalah tingkat sadar diri.
Ciri-cirinya:
a. Mampu berfikir alternative.
b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan
dalam situasi.
c. Peduli untuk mengambil manfaat dari
kesempatan yang ada.
d. Menekankan pada pentingnya memecahkan
masalah.
e. Memikirkan cara hidup.
f.
Penyesuaian
terhadap situasi dan peranan.
4. Tingkat keempat, adalah tingkat seksama
(conscientious). Ciri-cirinya:
a. Bertindak atas dasar nilai-nila internal.
b. Mampu melihat keragaman emosi, motif,
perspektif diri sendiri maupun orang lain.
c. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan
dan pelaku tindakan.
d. Sadar akan tanggung jawab.
e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
f.
Peduli
akan hubungan mutualistik.
g. Memiliki tujuan jangka panjang.
h. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks
social.
i.
Berfikir
lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
5. Tingkat kelima adalah tingakat
individualitas. Ciri-cirinya:
a. Peningkatan kesadaran individualitas.
b. Kesadaran akan konflik emosional antara
kemandirian dan ketergantungan.
c. Menjadi lebih toleran terhadap diri
sendiri dan orang lain.
d. Mengenal eksistensi perbedaan individual.
e. Mampu bersikap toleran terhadap
pertentangan dalam kehidupan.
f.
Membedakan
kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g. Mengenal kompleksitas diri.
h. Peduli akan perkembangan dan
masalah-masalah social.
6. Tingkat keenam adalah tingkat mandiri.
Ciri-cirinya:
a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu
keseluruhan.
b. Cenderung bersikap relistik dan objektif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti
keadilan sosial.
d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang
bertentangan.
e. Toleran terhadap ambiguitas.
f.
Peduli
akan pemenuhan diri (self-fulfilment).
g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik
internal.
h. Responsive terhadap kemandirian orang lain.
i.
Sadar
akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
j.
Mampu
mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar