Senin, 19 Desember 2016

Kepastian, Keyakinan, dan Kepercayaan



Manusia harus selalu waspada dan rendah hati, tidak boleh cepat-cepat mengatakan bahwa ia sudah mencapai kebenaran. Jika pada suatu ketika orang mempunyai alasan cukup, bahwa ia berkeyakinan ada cukup alassan bahwa pengetahuannya sesuuai dengan obyeknya, maka ia mempunyai kepastian. Dalam kepastian itu ia bersikap tidak sangsi, bahwa ia tahu akan dasar pengetahuannya,, mengapa demikian, dan apa sebabnya harus demikian. Mencapai kepastian yang mengandung kebenaran amat memuaskan dan ia disebut berkeyakinan.
Apa keyakinnan itu selalu mengandung kebenaran (yang logis)? Tidak. Keyakinan menunjuk pada sikap manusia yang tahu. Ia yakin bahwa ada cukup alasan bahwa pengetahuannya itu benar. Akan tetapi keyakinnan itu bukanlah jaminan bahwa pengetahuan itu sesuai dengan obyeknya. Contoh: keyakinan oang tentang susunan dunia. Lama sekali masyarakat (juga masyarakat ilmiah) berkeyakinan bahwa bumi yang didiami inilah yang menjadi pusat dunia, sementara matahari dan bintang-bintang, semuanya mengedari bumi. Ternyata pendapat itu keliru!
Keyakinan adalah sikap mental atas dasar kepastian bahwa ada kebenaran, tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Ada pula kemungkinan orang mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karean penyelidikannya sendiri, melainkan atas dasar pemberitahuan pihak lain. Ahli ilmu falak mengatakan behwa pada tanggal tertentu aka nada gerhana bulan. Saya yakin bahwa pemberitahuan itu benar. Jadi setelah diberitahu saya tahu akan suatu kebenaran, pengetahuan yang diperoleh dengan cara demikian ini disebut kepercayaan. Alasannya keyakinan juga, sebab percaya pada ahli ilmu falak, kareana ia tahu benar. Alasan untuk sangsi tidak ada, sebab apakah gerangan ahli ilmu falak itu berdusta tentang gerhana itu? jadi keyakinan timbul karena percaya. Kepastian yang terjadi karena percaya ini tidak perlu kurang pastinya daripada kepastian yang diperoleh sendiri. Dalam agama, kepercayaan merupakan suatu unsur yang amat penting dan dalam hal ini amat masuk akal. Alasannya, kebenaran yang dipercayai oleh kaum beragama ini diyakini sebab diberitahukan oleh yang tidak dapat berdusta (Allah itu sendiri) atau paling tidak oleh seseorang yang menerimma tugas memberitahukan kebenaran ini kepada umat manusia. Ia patutu dipercayai dan ia mempunyai wibawa untuk dipercayai. Jadi percaya ialah menerima kebenaran dan kewibawaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar