Senin, 26 Desember 2016

Filosofi Kelereng

Filosofi Kelereng
Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan mainan yang berbentuk lingkarang ini. Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam, umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker. Nah, ternyata, kelereng juga punya sejarah. 
Di daerah saya sendiri, kami menyebut kelereng dengan sebutan gundu. Permainan ini banyak disukai anak-anak, terlebih bagi anak laki-laki. Namun, setelah berkembangnya tekhnologi anak-anak pada saat ini sudah mulai meninggalkan jenis permainan ini dan lebih memilih bermain di warnet atau bermain play station. Terlepas dari hal itu, apakah kalian tahu jika permainan ini sudah ada sangat lama dan bukan hanya ada di Indonesia?
Sejak abad pertengahan permainan kelereng ini sudah ada dan seringkali dimainkan oleh kalangan aristokrat dan bangsawan. Permainan ini tidak hanya terkenal di kalangan masyarakat kita saja, di Perancis pun permainan ini ternyata sangat digemari oleh kalangan di sana dan mereka memanggilnya dengan sebutan Pentaque. Bedanya, jika permainan kelereng menggunakan gundu yang berukuran kecil, Pentaque memerlukan dua jenis bola yang mempunyai ukuran yang cukup besar yang terbuat dari kayu jati dan baja. Pentaque ini pertama kali diperkenalkan oleh Suku Gaule(Perancis Kuno). Dari Perancis permainan ini menyebar ke wilayah lainnya seperti Yunani dan Mesir melalui orang-orang Romawi. Seperti halnya Nekeran, Pentaque awalnya juga merupakan permainan untuk mengisi waktu luang. Sejarah pun berlanjut hingga sampai ke zaman Renaissance atau pencerahan. Pentaquemenjadi mainan di kalangan aristokrat dan bangsawan bahkan kabarnya pernah disejajarkan dengan olahraga Tennis yang dipandang cukup elit di masa itu. Yang diperbolehkan untuk bermain olahraga itu hanyalah orang-orang tertentu saja.
Terhitung sejak tahun 1850, sebuah organisasi sosial Clos Jouve memperkenalkan kembali Pentaque yang semakin hari kian dilupakan oleh masyarakat. Menginjak abad ke-20 permainan ini mulai dipatenkan seiring dengan semakin banyaknya bermunculan klub-klub Pentaque sebagai pelestarian kebudayaan tradisional. Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelereng yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Permainan Kelereng ini tidak membutuhkan peralatan khusus untuk memainkannya. Pemain hanya memerlukan lapangan kosong sebagai arena kelereng dan kapur atau tongkat untuk membuat garis permainan. Dan selanjutnya permainan siap untuk dimainkan. Adapun cara untuk cara bermainnya, masing-masing daerah memiliki peraturan yang berbeda dalam memainkannya.
Selain menyenangkan, bermain kelereng juga ada manfaat yang dapat kita peroleh, yakni diantaranya: mengatur emosi (relaks), melatih kemampuan motorik, melatih kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan berkompetensi, kemampuan sosial (menjalin pertemanan), bersikap jujur, serta melatih taraf kecermatan dan ketelitian.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapt kita pahami bahwa permainan kelereng sudah ada sejak abad pertengahan. Selain itu, permainan tradisional juga tidak hanya sekedar permainan yang mengandung unsur kesenangan semata. Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan motorik anak, sikap anak, dan juga keterampilan anak. Serta dapat membentuk sebuah karakter yang luhur.

1 komentar:

  1. Daftar Taruhan Bola Online
    UNTUK INFO LEBIH JELAS SILAHKAN HUBUNGI KONTAK DI BAWAH INI :
    wechat : bolavita
    line : cs_bolavita
    WA : +6281377055002
    BBM: D8DB1C57

    #PialaDunia #BandarPialaDunia #JudiOnlinePialaDunia #TaruhanOnlinePialaDunia

    BalasHapus