Filosofi
Kelereng
Kalian pasti sudah
tidak asing lagi dengan mainan yang berbentuk lingkarang ini. Kelereng (atau
dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang
terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Kelereng adalah mainan kecil
berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat
bermacam-macam, umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Orang Betawi
menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci.
Palembang, ekar, di Banjar, kleker. Nah, ternyata, kelereng juga punya sejarah.
Di daerah saya
sendiri, kami menyebut kelereng dengan sebutan gundu. Permainan ini banyak
disukai anak-anak, terlebih bagi anak laki-laki. Namun, setelah berkembangnya
tekhnologi anak-anak pada saat ini sudah mulai meninggalkan jenis permainan ini
dan lebih memilih bermain di warnet atau bermain play station. Terlepas dari
hal itu, apakah kalian tahu jika permainan ini sudah ada sangat lama dan bukan
hanya ada di Indonesia?
Sejak abad
pertengahan permainan kelereng ini sudah ada dan seringkali dimainkan oleh
kalangan aristokrat dan bangsawan. Permainan ini tidak hanya terkenal di
kalangan masyarakat kita saja, di Perancis pun permainan ini ternyata sangat
digemari oleh kalangan di sana dan mereka memanggilnya dengan
sebutan Pentaque. Bedanya, jika permainan kelereng menggunakan
gundu yang berukuran kecil, Pentaque memerlukan dua jenis bola yang
mempunyai ukuran yang cukup besar yang terbuat dari kayu jati dan
baja. Pentaque ini pertama kali diperkenalkan oleh
Suku Gaule(Perancis Kuno). Dari Perancis permainan ini menyebar ke wilayah
lainnya seperti Yunani dan Mesir melalui orang-orang Romawi. Seperti
halnya Nekeran, Pentaque awalnya juga merupakan permainan untuk
mengisi waktu luang. Sejarah pun berlanjut hingga sampai ke
zaman Renaissance atau pencerahan. Pentaquemenjadi mainan di
kalangan aristokrat dan bangsawan bahkan kabarnya pernah disejajarkan dengan
olahraga Tennis yang dipandang cukup elit di masa itu. Yang diperbolehkan untuk
bermain olahraga itu hanyalah orang-orang tertentu saja.
Terhitung sejak tahun 1850, sebuah organisasi
sosial Clos Jouve memperkenalkan kembali Pentaque yang
semakin hari kian dilupakan oleh masyarakat. Menginjak abad ke-20 permainan ini
mulai dipatenkan seiring dengan semakin banyaknya bermunculan
klub-klub Pentaque sebagai pelestarian kebudayaan tradisional.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelereng yang
semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera
menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II,
pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya
masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Permainan Kelereng ini tidak membutuhkan peralatan khusus
untuk memainkannya. Pemain hanya memerlukan lapangan kosong sebagai arena
kelereng dan kapur atau tongkat untuk membuat garis permainan. Dan selanjutnya
permainan siap untuk dimainkan. Adapun cara untuk cara bermainnya,
masing-masing daerah memiliki peraturan yang berbeda dalam memainkannya.
Selain menyenangkan, bermain kelereng juga ada manfaat yang
dapat kita peroleh, yakni diantaranya: mengatur emosi (relaks), melatih
kemampuan motorik, melatih kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan
berkompetensi, kemampuan sosial (menjalin pertemanan), bersikap jujur, serta
melatih taraf kecermatan dan ketelitian.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapt kita pahami bahwa
permainan kelereng sudah ada sejak abad pertengahan. Selain itu, permainan
tradisional juga tidak hanya sekedar permainan yang mengandung unsur kesenangan
semata. Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan motorik anak, sikap
anak, dan juga keterampilan anak. Serta dapat membentuk sebuah karakter yang
luhur.
Daftar Taruhan Bola Online
BalasHapusUNTUK INFO LEBIH JELAS SILAHKAN HUBUNGI KONTAK DI BAWAH INI :
wechat : bolavita
line : cs_bolavita
WA : +6281377055002
BBM: D8DB1C57
#PialaDunia #BandarPialaDunia #JudiOnlinePialaDunia #TaruhanOnlinePialaDunia