Senin, 26 Desember 2016

Mengapa Orang Berperilaku?

Sebelumnya saya sudah membahas tentang apa yang dimaksud dengan perilaku. Nah, kali ini saya akan membahas mengapa orang berperilaku? Lebih jauh orang mempertanyakan tentang hal itu? Bahkan mungkin anda sendiri juga mempertanyakan hal yang sama. Bukankah sesuatu seperti itu sudah sangat jelas sehingga tidak perlu ditanyakan lagi? Mungkin begitu. Mungkin juga tidak begitu. Contoh: Mengapa orang makan? Bukankah jawaban atas pertanyaan itu juga akan sangat mungkin banyak dan beragam? Apakah orang makan selalu Karena lapar? Kalau disebut “Ya” mengapa ada orang lapar yang memilih tidak makan? Saya yakin anda dapat menyebut lebih dari satu, kejadian dimana ada orang lapar yang memilih tidak makan. Selain itu, akan banyak contoh mengenai orang lapar yang melakukan hal lain, alih-alih menampilkan perilaku lapar.
Begitu juga dengan pertanyaan mengapa orang berperilaku? Jika jawaban dari pertanyaan ini perlu diajukan, apa dasar pemikiran yang mendukung bahwa memang hal itu perlu dipertanyakan. Karena dengan memperhatikan pertanyaan itu kita akan dapat memahami bagaimana cara kerja perilaku, yang sering sekali kita perlakukan sebagai sesuatu yang otomatis terjadi, sesuatu yang “sudah dari sananya”, sesuatu yang kita anut begitu saja tanpa upaya untuk memahami inti sari dan makna dibaliknya. Mengapa orang berperilaku menjadi penting untuk dicermati, justru Karena terbukti bahwa sebuah pertanyaan “mengapa” bisa memberi jawaban yang sangat beragam, tergantung sudut pandang dan dasar pemikiran tiap-tiap orang. Dengan demikian, bila kita ingin memahami perilaku seseorang, maka kita perlu mengajukan pertanyaan “mengapa” itu.
Dalam koonteks perilaku secara umum, kita perlu mencermati pula pertanyaan “mengapa” dalam konteks umum. Oleh karenanya kita perlu mencermati setiap jawaban yang diajukan dari setiap orang. Seperti yang dikatakan oleh Toge Apriliyanto dalam bukunya yang berjudul Kurangkul Diriku Demi Merangkul Bahagiaku mengatakan bahwa “setelah menerima beragam jawaban yang diajukan, yang disertai pemahaman saya terhadap teori-teori keilmuwan yang menjelaskan hal-hal berkaitan dengan topik perilaku, maka saya memberanikan diri membuat kesimpulan bahwa jawaban dari pertanyaan “mengapa orang berperilaku?” adalah KENYAMANAN.
Orang menampilkan perilaku selalu karena faktor kenyamanan. Entah demi mendapatkannya atau demi mempertahankan kenyamanan yang sudah dimilkinya. Apapun bentuknya, jenis atau sifatnya, perilaku selalu dimaksudkan untuk membuat diri kita menjadi nyaman dalam kondisi saat itu dan dalam situasi saat itu.
Dari hal itu, lalu muncul pertanyaan baru, mengapa orang mengutamakan kenyamanan, sehingga apa yang dilakukan orang selalu dikaitkan dengan kenyamanan? Hal ini sebetulnya berakar pada hukum alam yang tentu saja bersifat sangat alamiah, yaitu: keseimbangan. Ya, semua hal yang ada di dalam lingkup alam semesta ini akan selalul terikat pada hukum keseimbangan. Artinya, setiap hal yang menjadi bagian dari alam semesta akan selalu secara alamiah berupaya mencari titik keseimbangan. Bila terjadi hal-hal yang membuat titik keseimbangan bergeser, maka secara otomatis akan terjadi upaya untuk melakukan koreksi, kompensasi, atau sekadar bereaksi,  dengan tujuan kembali ke titik semula atau mencapai titik keseimbangan yang baru.
Demikian halnya dengan perilaku, juga terikat pada hukum keseimbangan itu. Jadi, perilaku adalah salah satu bentuk upaya manusia yang notabene juga merupakan bagian dari alam semesta, untuk mencapai titik keseimabangan semula ataupun yang baru. Contoh: ketika merasa lapar, kita akan melakukan upaya untuk mencapai titik keseimbangn semula, dengan cara memeberikan makanan pada tubuh kita. Selain itu, kita juga bisa mencapai titik keseimbangan yang baru, dengan cara mengalihkan perhatian dan/atau melakukan aktivitas yang bisa membuat pikiran dan/atau perasaan dan/atau fisik tidak lagi memperhatikan pesan lapar itu.
Penjelasan itupun berakar dan menguatkan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan perilaku, terutama menggambarkan bagaiman sifat perilaku yang integrative diimplementasikan secara nyata. Berdasarkan uraian diatas, diharapakan kita lebih memahami bahwa bila ada perilaku kita yang membuat orang lain tidak nyaman, sesungguhnyaitu adalah tanggung jawab kita untuk memperhatikan ketidaknyamanan yang sedang dialami orang tersebut. Selain Karena kita terlibat langsung di dalam perkara itu, juga Karena perilaku yang kita tampilkan kemudian berkenaan dengan ketidaknyamanannya, itu juga akan mempengaruhi kondisi orang tersebut secara keseluruhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar