Sebelumnya saya sudah
membahas tentang apa yang dimaksud dengan perilaku. Nah, kali ini saya akan
membahas mengapa orang berperilaku? Lebih jauh orang mempertanyakan tentang hal
itu? Bahkan mungkin anda sendiri juga mempertanyakan hal yang sama. Bukankah
sesuatu seperti itu sudah sangat jelas sehingga tidak perlu ditanyakan lagi?
Mungkin begitu. Mungkin juga tidak begitu. Contoh: Mengapa orang makan?
Bukankah jawaban atas pertanyaan itu juga akan sangat mungkin banyak dan
beragam? Apakah orang makan selalu Karena lapar? Kalau disebut “Ya” mengapa ada
orang lapar yang memilih tidak makan? Saya yakin anda dapat menyebut lebih dari
satu, kejadian dimana ada orang lapar yang memilih tidak makan. Selain itu,
akan banyak contoh mengenai orang lapar yang melakukan hal lain, alih-alih
menampilkan perilaku lapar.
Begitu juga dengan
pertanyaan mengapa orang berperilaku? Jika jawaban dari pertanyaan ini perlu
diajukan, apa dasar pemikiran yang mendukung bahwa memang hal itu perlu dipertanyakan.
Karena dengan memperhatikan pertanyaan itu kita akan dapat memahami bagaimana
cara kerja perilaku, yang sering sekali kita perlakukan sebagai sesuatu yang
otomatis terjadi, sesuatu yang “sudah dari sananya”, sesuatu yang kita anut
begitu saja tanpa upaya untuk memahami inti sari dan makna dibaliknya. Mengapa
orang berperilaku menjadi penting untuk dicermati, justru Karena terbukti bahwa
sebuah pertanyaan “mengapa” bisa memberi jawaban yang sangat beragam,
tergantung sudut pandang dan dasar pemikiran tiap-tiap orang. Dengan demikian,
bila kita ingin memahami perilaku seseorang, maka kita perlu mengajukan
pertanyaan “mengapa” itu.
Dalam koonteks perilaku
secara umum, kita perlu mencermati pula pertanyaan “mengapa” dalam konteks
umum. Oleh karenanya kita perlu mencermati setiap jawaban yang diajukan dari
setiap orang. Seperti yang dikatakan oleh Toge Apriliyanto dalam bukunya yang
berjudul Kurangkul Diriku Demi Merangkul Bahagiaku mengatakan bahwa “setelah
menerima beragam jawaban yang diajukan, yang disertai pemahaman saya terhadap
teori-teori keilmuwan yang menjelaskan hal-hal berkaitan dengan topik perilaku,
maka saya memberanikan diri membuat kesimpulan bahwa jawaban dari pertanyaan
“mengapa orang berperilaku?” adalah KENYAMANAN.
Orang menampilkan
perilaku selalu karena faktor kenyamanan. Entah demi mendapatkannya atau demi
mempertahankan kenyamanan yang sudah dimilkinya. Apapun bentuknya, jenis atau
sifatnya, perilaku selalu dimaksudkan untuk membuat diri kita menjadi nyaman
dalam kondisi saat itu dan dalam situasi saat itu.
Dari hal itu, lalu
muncul pertanyaan baru, mengapa orang mengutamakan kenyamanan, sehingga apa
yang dilakukan orang selalu dikaitkan dengan kenyamanan? Hal ini sebetulnya
berakar pada hukum alam yang tentu saja bersifat sangat alamiah, yaitu:
keseimbangan. Ya, semua hal yang ada di dalam lingkup alam semesta ini akan
selalul terikat pada hukum keseimbangan. Artinya, setiap hal yang menjadi
bagian dari alam semesta akan selalu secara alamiah berupaya mencari titik
keseimbangan. Bila terjadi hal-hal yang membuat titik keseimbangan bergeser,
maka secara otomatis akan terjadi upaya untuk melakukan koreksi, kompensasi,
atau sekadar bereaksi, dengan tujuan
kembali ke titik semula atau mencapai titik keseimbangan yang baru.
Demikian halnya dengan
perilaku, juga terikat pada hukum keseimbangan itu. Jadi, perilaku adalah salah
satu bentuk upaya manusia yang notabene juga merupakan bagian dari alam
semesta, untuk mencapai titik keseimabangan semula ataupun yang baru. Contoh:
ketika merasa lapar, kita akan melakukan upaya untuk mencapai titik keseimbangn
semula, dengan cara memeberikan makanan pada tubuh kita. Selain itu, kita juga
bisa mencapai titik keseimbangan yang baru, dengan cara mengalihkan perhatian
dan/atau melakukan aktivitas yang bisa membuat pikiran dan/atau perasaan
dan/atau fisik tidak lagi memperhatikan pesan lapar itu.
Penjelasan itupun
berakar dan menguatkan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan perilaku,
terutama menggambarkan bagaiman sifat perilaku yang integrative
diimplementasikan secara nyata. Berdasarkan uraian diatas, diharapakan kita
lebih memahami bahwa bila ada perilaku kita yang membuat orang lain tidak
nyaman, sesungguhnyaitu adalah tanggung jawab kita untuk memperhatikan
ketidaknyamanan yang sedang dialami orang tersebut. Selain Karena kita terlibat
langsung di dalam perkara itu, juga Karena perilaku yang kita tampilkan
kemudian berkenaan dengan ketidaknyamanannya, itu juga akan mempengaruhi
kondisi orang tersebut secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar