Kita sudah tahu bahwa
perilaku dilakukan dengan cara memilih alternative yang kita miliki saat itu,
di tempat itu. kita juga sudah tahu bahwa relasi selalu berkaitan dengan
asosiasi yang berlangsung dalam diri kita. Dengan demikian, secara umum bisa
disimpulkan bahwa relasi yang terbangun merupakan hasil kesepakatan yang
mufakat diantara komponen perilaku yang ada di dalam diri masing-masing pihak
yang terlibat, berdasarkan informasi yang telah disampaikan pihak lalin. Itu
artinya, orang menjaliin relasi dengan caara mencocokan informasi yang
diterima dari pihak lain dengan informasi yang ada di dalam dirinya. Bila ada
kecocokan antara informasi yang ia terima dengan informasi yang dimiliki
sebelumya, ia akan setuju menjalin relasi, tetapi bila ia tidak menemukan
kecocokan antara informasi yang diterima dengan informasi yang dimiliki
sebelumnya, maka ia tidak akan menjalin relasi dengan pihak yang bersangkutan.
Pemahaman bahwa relasi
terkait denan proses menemukan adanya kecocokan di antara informasi yang diterima dengan informasi yang dimiliki sebelumnya, menunjukan bahwa faktor
pokok yang sesungguhnya menentukan relasi akan bisa terjalin atau tidak, adalah
persepsi (penilaian personal masing-masing pihak terhadap apa yang saat itu
sedang dihadapinya. Seperti dinyatakan oleh Robin Kowalski dan Drew Westen,
persepsi adalah proses terkait upaya otak untuk memilih, menata, dan
menerjemahkan pesan yang diterimanya dalam bentuk sensasi (yaitu, proses yang
terjadi saat panca indra mengumpulkan informasi tentang lingkungan dan
mengirimkan informasi itu ke otak untuk ditindak lanjuti menjadi persepsi).
Secara sederhana,
berarti dapat kita pahami bahwa cara orang menjalin relasi adalah menggunakan
penilaian personal yang disebut persepsi, untuk memilih hal-hal yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan kita ppada saat itu, di tempat itu. dalam hal
ini jelas bahwa bila kita ingn memahami seluk-beluk relasi yang terjadi di
dalam kehidupan kita, maka kita perlu memahami seluk-beluk persepsi yang
terjadi dalam diri kita. Selain karena persepsi merupakan panduan utama yang
akan membantu kita membuat keputusan (rasioonal maupun emosional), persepsi
juga menentukan seberapa baik kualitas asosiasi yang kita lakuukan. Pada
gilirannya, hal itu akan membantu kita mengukur atau menilai apakah yang kita
pilih untuk kita lakukan pada saat itu, di tempat itu, sungguh bisa
di pertanggung jawabkan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena pilihan yang
tidak dapat di pertanggung jawabkan hanya akan membuat kita terjerembap ke dalam
permasalahan baru. Akibatnya, niatan untuk mencari rasa nyaman hanya akan
membuahkan rasa tidak nyaman dalam bentuk yang lain.
Untuk itu, kemampuan
membangun persepsi secara tepat merupakan kemampuan yang vital dalam konteks relasi.
Kemampuan tersebut dapat kita pelajari denan membangun kebiasaan memilih. Hal
ini bisa dilakukan secara bertahap, sejak bayi. Berikut ini adalah tahapannya:
1. Memilih
satu diantara beberapa pilihan positif
2. Memilih
satu diantara pilihan positif dan pilihan negative
3. Memilih
satu diantara pilihan yang negative
4. Memilih
berdasarkan prasyarat
5. Memilih
berdasarkan transaksi
6. Memilih
berdasarkan perlawanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar