Persoalan relasi bukan
hanya perkara alamiah Karena kita adalah bagian integral (tidak terpisahkan)
dari alam semesta, juga karena kita punya kebutuhan yang mendorong terjadinya
perilaku menjalin relasi, tetapi lebih jauh dari itu, komponen paling penting
dalam relasi adalah “kedekatan”. Ya, apapun bentuknya dan apapun
latar belakangnya, relasi hanya akan terjadi ketika ada kedekatan diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam relasi itu. Kalau kita bicara tentang manusia,
maka orang akan menjalin relasi hanya saat orang yang bersangkutan memiliki
kedekatan dengan orang lain yang terlibat di dalam jalinan relasi tersebut.
Dalam hal ini kita
dihadapkan dalam pembuatan keputusan, apakah kita mau menjalin relasi atau
tidak dengan orang lain? Dasar pembuatan keputusan adalah proses berpikir.
Secara sederhana Yusti Probowati menyatakan bahwa berpikir bisa dibedakan
menjadi dua kubu: berpikir otomatis dan berpikir terkontrol. Salah satu bagian
dari berpikir otomatis adalah asosiasi (proses dimana sesuatu di dalam
lingkungan membuat pikiran memunculkan sebuah ide. Contoh: teringat akan
sesuatu). Sementara itu, berpikir terkontrol adalah cara berpikir yang bersifat
ilmiah. Jadi, diperlukan penyelidikan serius dan terkendali untuk menjelaskan sebuah
peristiwa atau fenomena. Di dalam buku berjudul “Di Balik Putusan Hakim”, Yusti
Probowati menyatakan bahwa kebanyakan orang memang membuat keputusan
menggunakan cara berpikir otomatis, atau lebih spesifik: asosiasi. Artinya,
pertimbangan untuk menjelaskan atau memahami sesuatu didasarkan pada hal-hal
yang sifatnya asosiatif (berkaitan dengan wawasan atau pengalaman yang
tersimpan di dalam ingatan).
Pemahaman tersebut
membantu kita menjelaskan kapan orang menjalin relasi. Konsep kedekatan adalah
faktor penting yang umum digunakan untuk membuat keputusan menjalin relasi
dengan orang lain. Pertanyaan “apakah kita akan menjalin relasi dengan orang
lain?” hanya akan dapat dijawab kalau kita sudah memiliki kepastian tentang
seberapa tinggi kadar atau tingkat kedekatan kita dengan pihak yang kita hadapi
pada saat itu. Untuk itu, kita perlu membandingkan dan mencocokan, apa yang
kita tahu tentang pihak lain itu, dengan apa yang kita miliki di dalam ingatan.
Ketika kita mendapati bahwa ada kecocokan, pada saat itulah dapat disimpulkan
bahwa pihak yang kita hadapi saat itu dapat membuat kita merasa nyaman.
Selanjutnya harapan agar dapat memperoleh rasa nyaman itulah yang akhirnya
membuat orang memutuskan untuk menjalin relasi dengan pihak lain yang sedang
dihadapi orang di tempat dimana orang berada pada saat itu.
Berdasarkan pemaparan
diatas, dapat kita pahami bahwa jawaban dari pertanyaan kapan orang menjalin
relasi? Yaitu pada saat orang itu merasa adanya kedekatan sehingga menimbulkan
terjadinya perilaku menjalin relasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar