Sehubungan dengan kelemahan teori behaviorisme, banyak para
ahli dan pemikir pendidikan yang kurang puas terhadap ungkapan para behavioris
bahwa belajar sekedar hubungan antara stimulus dengan respon. Menurut mereka
perilaku seseorang selalu didasarkan oleh kognitf, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana perilaku itu terjadi. Menurut Wundt kognitif adalah
sebuah proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui
pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para
siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan dalam memori. Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini
menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan, informasi, emosi dan asek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan
aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Berikut ialah
teori-teori belajar matematika dalam aliran kognitivisme:
1. Teori Kognitif Gestalt
Pokok
pandangan Gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai suatu kesuluruhan yang terorganisasi. Gestalt juga menyatakan bahwa
penguasaan akan diperoleh apabila ada prasyarat dan latihan hafal atau drill
yang diulang-ulang sehingga tidak mengherankan jika dalam pembelajaran
matematika ada topik-topik di tata secara urut seperti perkalian bilangan cacah
kurang dari sepuluh.
2. Teori Discovery Learning dari
Jerome S. Bruner
Dasar
dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan
(discovery learning), siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang
dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan
berfikir. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses penemuan personal, oleh
setiap individu murid. Jadi, dalam pembelajaran matematika pendidik harus
memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menjadi pemecah masalah (problem
solver). Contohnya dalam belajar matematika seorang siswa belajar
memecahkan suatu soal latihan matematika sesuai dengan kemampuan tingkat
berfikirnya. Dalam hal ini pendidik harus meminimalkan kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal dengan cara memberinya soal yang mudah sehingga siswa
termotivasi untuk lebih tahu lagi tentang pelajaran yang diberikan. Menurut
Bruner terdapat tiga tahapan perkembangan intelektual yang meliputi: enaktif,
ikonik, dan simbolik.
3. Teori Belajar Gagne
Pandangan
Gagne tentang belajar dikelompokkan menjadi 8 tipe. Kedelapan tipe tersebut
adalah belajar dengan: (1) isyarat (signal), (2) stimulus respons, (3)
rangkaian gerak (motor chaining), (4) rangkaian verbal (verbal
chaining), (5) memperbedakan (discrimination learning), (6)
pembentukan konsep (concept formation), (7) pembentukan aturan (principle
formation) dan (8) pemecahan masalah (problem solving).
Terdapat
2 di antara 8 tipe belajar yang dikemukakan oleh Gagne yang erat kaitannya
dengan pendekatan pengajuan masalah matematika, yaitu: (1) rangkaian verbal (verbal
chaining) dan (2) pemecahan masalah (problem solving).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar