Senin, 19 Desember 2016

Teori Belajar Matematika Menurut Paham Kognitivisme

Sehubungan dengan kelemahan teori behaviorisme, banyak para ahli dan pemikir pendidikan yang kurang puas terhadap ungkapan para behavioris bahwa belajar sekedar hubungan antara stimulus dengan respon. Menurut mereka perilaku seseorang selalu didasarkan oleh kognitf, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana perilaku itu terjadi. Menurut Wundt kognitif adalah sebuah proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan dalam memori. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan, informasi, emosi dan asek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Berikut ialah teori-teori belajar matematika dalam aliran kognitivisme:
1.      Teori Kognitif Gestalt
Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu kesuluruhan yang terorganisasi. Gestalt juga menyatakan bahwa penguasaan akan diperoleh apabila ada prasyarat dan latihan hafal atau drill yang diulang-ulang sehingga tidak mengherankan jika dalam pembelajaran matematika ada topik-topik di tata secara urut seperti perkalian bilangan cacah kurang dari sepuluh.
2.      Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner
Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (discovery learning), siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berfikir. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses penemuan personal, oleh setiap individu murid. Jadi, dalam pembelajaran matematika pendidik harus memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menjadi pemecah masalah (problem solver). Contohnya dalam belajar matematika seorang siswa belajar memecahkan suatu soal latihan matematika sesuai dengan kemampuan tingkat berfikirnya. Dalam hal ini pendidik harus meminimalkan kesalahan siswa dalam mengerjakan soal dengan cara memberinya soal yang mudah sehingga siswa termotivasi untuk lebih tahu lagi tentang pelajaran yang diberikan. Menurut Bruner terdapat tiga tahapan perkembangan intelektual yang meliputi: enaktif, ikonik, dan simbolik.
3.      Teori Belajar Gagne
Pandangan Gagne tentang belajar dikelompokkan menjadi 8 tipe. Kedelapan tipe tersebut adalah belajar dengan: (1) isyarat (signal), (2) stimulus respons, (3) rangkaian gerak (motor chaining), (4) rangkaian verbal (verbal chaining), (5) memperbedakan (discrimination learning), (6) pembentukan konsep (concept formation), (7) pembentukan aturan (principle formation) dan (8) pemecahan masalah (problem solving).
Terdapat 2 di antara 8 tipe belajar yang dikemukakan oleh Gagne yang erat kaitannya dengan pendekatan pengajuan masalah matematika, yaitu: (1) rangkaian verbal (verbal chaining) dan (2) pemecahan masalah (problem solving).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar