Senin, 26 Desember 2016

Sejarah dan Filosofis Bendera Merah Putih

Sejarah dan Makna Filosofis Dibalik Bendera Kebanggaan Kita “Sang Saka Merah Putih”
Seperti yang kita ketahui bahwa bendera negara kita adalah bendera merah putih. Bendera ini merupakan simbolis dari bangsa Indonesia. Namun, tahukah kalian sejarah dan filosofis dari bendera merah putih? Jika tidak, maka postingan kali ini semoga dapat menambah wawasan kalian terhadap bendera kebangsaan kita yakni bendera merah putih.
Bendera adalah sepotong kain yang kerap dikibarkan di tiang, pada umumnya digunakan sebagai simbolis dengan maksud memberikan sinyal atau-pun identifikasi. Hal tersebut paling sering digunakan untuk melambangkan suatu negara untuk menunjukkan kedaulatannya. Hal yang sama seperti yang diterapkan pada negara Indonesia yang memiliki bendera berwarna merah-putih.
Bendera awalnya digunakan untuk membantu koordinasi militer di medan perang, dan bendera mulai berevolusi menjadi sebuahalat umum untuk menyatajan sinyal dasar dan identifikasi. Namun pada bendera nasional dijadikan sebagai simbol-simbol patriotik kuat dengan interpretasi yang bervariasi, studi tentang bendera lebih spesifik dijelaskan dalam ilmu vexillology.
Sejarah dari warna merah-putih
Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, Sang Dwiwarna (dua warna), adalah istilah yang sering ditujukan untuk bendera Republik Indonesia. Berbentuk  persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari ukuran panjangnya,  bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih dan dari kedua bagian tersebut memiliki ukuran yang sama. Warna merah dan putih pada bendera negara Indonesia diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berasal dari Jawa Timur sekitar abad ke-13. Seseorang yang bernama Mpu Prapanca menceritakan di dalam buku karangannya yang berjudul Negara Kertagama, mencerirakan tentang digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja pada waktu pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit tahun 1350-1389 M. 
Menurut Prapanca, gambar-gambar yang dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang menghadiri hari kebesaran itu bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi dengan gambar buah meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam kerajaan Majapahit warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan. 
Pendapat lain-pun muncul bahwa pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri asal-mulanya dari mitologi bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Dengan alasan seperti itu maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar. Makna Merah dan putih ini digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling berdampingan.
Namun sejarah yang berbeda juga menyatakan bahwa lambang merah-putih juga digunakan oleh beberapa kerajaan lainnya seperti, kerajaan Kediri yang menggunaknannya sebagai panji–panji, Sisingamaraja IX menggunakan bendera dengan warna dasar merah-putih saat berperang di tanah Batak, para pejuang Aceh menggunakan warna dasar merah-putih sebagai umbul-umbulnya, kerajaan Bugis Bone menggunakan bendera merah putih sebagai symbol kekuasaan dan kebesarannya, dan Pangeran Diponegoro juga memakai panji–panji merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. 
Makna merah putih
Memahami Merah Putih sebagai akar budaya bangsa mengandung arti filosofis mengenai makna kehidupan yang menjadi simbol, lambang, spirit, dan jiwa bangsa Indonesia. Yang mana, Merah Putih sebagai akar budaya dalam masyarakat dituangkan dalam eksistensi 'slametan' yang selalu menyertai dalam kehidupan manusia, sejak 'kelahiran', Pernikahan', 'kematian' maupun saat membangun rumah dan lain sebagainya. Entah itu berupa tumpengan, besek-an, maupun pincuk-an yang selalu menyertakan bubur merah putih di dalamnya. Entah itu bubur merah dengan bubur putih di tengahnya ataupun bubur putih dengan bubur merah di tengahnya. Bubur merah putih dalam masyarakat Jawa disebut sebagai 'bubur sengkolo' yang menjadi 'tolak balak' atau menolak kesialan. Bubur putih mengandung filosofi 'putih' sebagai asal kehidupan, karena manusia berasal dari zat yang putih, kemudian munculah 'merah' pada waktu ada dalam kandungan ibu dan berkembang menjadi janin. Sehingga saat lahir bayi disebut dengan ' bayi merah' yang sebenarnya mengandung ' roh suci' yang disimbolkan dengan 'putih'.
Pengertian Merah Putih seperti di atas, menandakan bahwa sejak jaman dahulu kala bangsa kita mempunyai pandangan holistik tentang kehidupan ' jagad gede' atau makrokosmos dan kehidupan 'jagad cilik' atau mikrokosmos. Sehingga melahirkan religiusitas sebagai pengejawantahan dari tulisan alam jagad raya yang terpampang di sekitar kehidupan kita. Tidak salah para pendiri bangsa ini memilih Merah Putih sebagai bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, karena warna merah putih sudah meliputi segala aspek akar bangsa yang telah berkembang sejak jaman dahulu kala di Nusantara. Merah tanda berani dan Putih tanda suci melambangkan bahwa kita harus berani bila kita ada di jalan yang benar atau suci. Bangsa Indonesia harus berani memperjuangkan kepentingan bangsa untuk menyejahtehterakan rakyatnya dengan niat yang suci bukan malah untuk mengambil keuntungan diri sendiri.
Demikianlah uraian tentang sejarah dan makna filosofis dari bendera kebanggaan kita yakni bendera merah putih. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar