Sejarah dan Makna Filosofis Dibalik Bendera Kebanggaan Kita
“Sang Saka Merah Putih”
Seperti
yang kita ketahui bahwa bendera negara kita adalah bendera merah putih. Bendera
ini merupakan simbolis dari bangsa Indonesia. Namun, tahukah kalian sejarah dan
filosofis dari bendera merah putih? Jika tidak, maka postingan kali ini semoga
dapat menambah wawasan kalian terhadap bendera kebangsaan kita yakni bendera
merah putih.
Bendera
adalah sepotong kain yang kerap dikibarkan di tiang, pada umumnya digunakan sebagai
simbolis dengan maksud memberikan sinyal atau-pun identifikasi. Hal tersebut
paling sering digunakan untuk melambangkan suatu negara untuk menunjukkan
kedaulatannya. Hal yang sama seperti yang diterapkan pada negara Indonesia yang
memiliki bendera berwarna merah-putih.
Bendera awalnya digunakan untuk membantu koordinasi militer di medan perang, dan bendera mulai berevolusi menjadi sebuahalat umum untuk menyatajan sinyal dasar dan identifikasi. Namun pada bendera nasional dijadikan sebagai simbol-simbol patriotik kuat dengan interpretasi yang bervariasi, studi tentang bendera lebih spesifik dijelaskan dalam ilmu vexillology.
Bendera awalnya digunakan untuk membantu koordinasi militer di medan perang, dan bendera mulai berevolusi menjadi sebuahalat umum untuk menyatajan sinyal dasar dan identifikasi. Namun pada bendera nasional dijadikan sebagai simbol-simbol patriotik kuat dengan interpretasi yang bervariasi, studi tentang bendera lebih spesifik dijelaskan dalam ilmu vexillology.
Sejarah dari warna merah-putih
Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih,
Merah Putih, Sang Dwiwarna (dua warna), adalah istilah yang sering ditujukan
untuk bendera Republik Indonesia. Berbentuk persegi panjang dengan ukuran
lebar 2/3 (dua-pertiga) dari ukuran panjangnya, bagian atas berwarna
merah dan bagian bawah berwarna putih dan dari kedua bagian tersebut memiliki
ukuran yang sama.
Warna merah dan putih pada bendera negara
Indonesia diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berasal
dari Jawa Timur sekitar abad ke-13. Seseorang yang bernama Mpu Prapanca
menceritakan di dalam buku karangannya yang berjudul Negara Kertagama,
mencerirakan tentang digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari
kebesaran raja pada waktu pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan
Majapahit tahun 1350-1389 M.
Menurut Prapanca, gambar-gambar yang
dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang menghadiri hari kebesaran itu
bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi dengan gambar buah
meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam kerajaan Majapahit
warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan.
Pendapat lain-pun muncul bahwa pemuliaan
terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri asal-mulanya dari mitologi
bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan
dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Dengan alasan seperti itu
maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia dari
Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar. Makna Merah dan putih ini digunakan untuk
melambangkan dualisme alam yang saling berdampingan.
Namun sejarah yang berbeda juga menyatakan
bahwa lambang merah-putih juga digunakan oleh beberapa kerajaan lainnya
seperti, kerajaan Kediri yang menggunaknannya sebagai panji–panji,
Sisingamaraja IX menggunakan bendera dengan warna dasar merah-putih saat
berperang di tanah Batak, para pejuang Aceh menggunakan warna dasar merah-putih
sebagai umbul-umbulnya, kerajaan Bugis Bone menggunakan bendera merah putih
sebagai symbol kekuasaan dan kebesarannya, dan Pangeran Diponegoro juga memakai
panji–panji merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda.
Makna merah putih
Memahami
Merah Putih sebagai akar budaya bangsa mengandung arti filosofis mengenai makna
kehidupan yang menjadi simbol, lambang, spirit, dan jiwa bangsa Indonesia. Yang
mana, Merah Putih sebagai akar budaya dalam masyarakat dituangkan dalam
eksistensi 'slametan' yang selalu menyertai dalam kehidupan manusia, sejak
'kelahiran', Pernikahan', 'kematian' maupun saat membangun rumah dan lain
sebagainya. Entah itu berupa tumpengan, besek-an, maupun pincuk-an yang selalu
menyertakan bubur merah putih di dalamnya. Entah itu bubur merah dengan bubur
putih di tengahnya ataupun bubur putih dengan bubur merah di tengahnya. Bubur
merah putih dalam masyarakat Jawa disebut sebagai 'bubur sengkolo' yang menjadi
'tolak balak' atau menolak kesialan. Bubur putih mengandung filosofi 'putih'
sebagai asal kehidupan, karena manusia berasal dari zat yang putih, kemudian
munculah 'merah' pada waktu ada dalam kandungan ibu dan berkembang menjadi
janin. Sehingga saat lahir bayi disebut dengan ' bayi merah' yang sebenarnya
mengandung ' roh suci' yang disimbolkan dengan 'putih'.
Pengertian
Merah Putih seperti di atas, menandakan bahwa sejak jaman dahulu kala bangsa
kita mempunyai pandangan holistik tentang kehidupan ' jagad gede' atau
makrokosmos dan kehidupan 'jagad cilik' atau mikrokosmos. Sehingga melahirkan
religiusitas sebagai pengejawantahan dari tulisan alam jagad raya yang
terpampang di sekitar kehidupan kita. Tidak salah para pendiri bangsa ini
memilih Merah Putih sebagai bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, karena warna merah putih
sudah meliputi segala aspek akar bangsa yang telah berkembang sejak jaman
dahulu kala di Nusantara. Merah tanda berani dan Putih tanda suci melambangkan
bahwa kita harus berani bila kita ada di jalan yang benar atau suci. Bangsa
Indonesia harus berani memperjuangkan kepentingan bangsa untuk
menyejahtehterakan rakyatnya dengan niat yang suci bukan malah untuk mengambil
keuntungan diri sendiri.
Demikianlah uraian
tentang sejarah dan makna filosofis dari bendera kebanggaan kita yakni bendera
merah putih. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar