Pengetahuan manusia telah
menjadi obyek refleksi filsafat selama ribuan tahun. Nah, cabang filsafat yang
secara khusus mereflesikan pertanyaan-pertanyaan mendasar sekaligus menyeluruh
tentang pengetahuan adalah epistemologi. Secara etimologis, epistemologi
berasal dari kata Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti perkataan, pikiran, ataupun illmu. Oleh karena itu, epistemologi
adalah salah satu cabang dari filsafat yang hendak membuat refleksi kritis
terhadap dasar-dasar dari pengetahuan manusia. Oleh karena itu, epistemologi
sering juga disebut sebagi teori pengetahuan (theory of knowledge).
Dengan epistemologi kita
diajak untuk merefleksikan dan menganalisis cir-ciri mendasar dari pengetahuan
manusia. Pertanyaan pokok yang diajukan adalah bagaimana suatu bentuk
pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya? Dimanakah batas-batas
pengetahuan manusia? Di samping itu, epistemologi juga hendak mencari
syarat-syarat logis yang memungkinkan
pengetahuan. Dalam konteks ini pertanyaan dasarnya adalah bagaimana saya
tahu bahwa saya tahu?
Kita bisa melihat
karakter normatif, evaluatif, dan kritis yang menandai cabang filsafat ini.
Normatif berarti ada upaya untuk menentukan norma sebagai tolak ukur kebenaran pengetahuan. Evaluatif
berarti epistemologi hendak menilai sejauh mana suatu pendapat di dalam
pengetahuan ataupun pengetahuan pada umumnya dapat dibenarkan dan
dipertanggungjawabkan. Sedangkan, kritis berarti epistemologi mengajak kita
untuk mempertanyakan dan menguji seluruh proses kegiatan mengetahui manusia.
Epistemologi sebenarnya
juga masih mempunyai cabang , yakni filsafat sains. Pada awalnya filsafat
sains lebih merupakan suatu metode sekaligus pengakajian atas metode tersebut
di dalam praktek kerja sains. Sudarminta di dalam bukunya yang berjudul
epistemologi dasar menyatakan bahwa logika sains dapat dibedakan menjadi dua,
yakni konteks penemuan ilmiah dan konteks pertanggungjawaban rasional atas penemuan tersebut. Yang menjadi
pusat analisis dari filsafat sains adalah konteks pertanggungjawaban rasional.
Memang di dalam dunia
akademis, pengetahuan tidak hanya menjadi obyek kajian filsafat tetapi juga
ilmu-ilmu lainnya, seperti psikologi, ilmu pengetahuan, dan sosiologi ilmu
pengetahuan. Nah yang membedakannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah
cara pendekatannya. Di mana filsafat hendak menyelidiki secara kritis
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mendasar sekaligus menyeluruh. Dalam
proses ini, banyak pendapat umum dan argumen yang tidak didukung oleh
argumentasi yang kuat akan goyang. Proses yang kurang lebih sama terjadi di
dalam epistemologi ketika hendak merefleksikan pengetahuan manusia.
Contoh:
Jika pengetahuan manusia terus di sempitkan
pada sains saja, pengetahuan-pengetahuan lainnya, seperti pengetahuan estetik,
akan dianggap tidak bermakna. Konsekuensinya, pengetahuan manusia di reduksi
terus menjadi pengetahuan saintifik saja dan ini adalah proses pemiskinan
kekayaan pengetahuan manusia sendiri. Filsafat sains dapat berperan untuk
menjernihkan pemahaman ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar