Minggu, 18 Desember 2016

Epistemologi


Pengetahuan manusia telah menjadi obyek refleksi filsafat selama ribuan tahun. Nah, cabang filsafat yang secara khusus mereflesikan pertanyaan-pertanyaan mendasar sekaligus menyeluruh tentang pengetahuan adalah epistemologi. Secara etimologis, epistemologi berasal dari kata Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti perkataan, pikiran, ataupun illmu. Oleh karena itu, epistemologi adalah salah satu cabang dari filsafat yang hendak membuat refleksi kritis terhadap dasar-dasar dari pengetahuan manusia. Oleh karena itu, epistemologi sering juga disebut sebagi teori pengetahuan (theory of knowledge).
Dengan epistemologi kita diajak untuk merefleksikan dan menganalisis cir-ciri mendasar dari pengetahuan manusia. Pertanyaan pokok yang diajukan adalah bagaimana suatu bentuk pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya? Dimanakah batas-batas pengetahuan manusia? Di samping itu, epistemologi juga hendak mencari syarat-syarat logis yang memungkinkan  pengetahuan. Dalam konteks ini pertanyaan dasarnya adalah bagaimana saya tahu bahwa saya tahu?
Kita bisa melihat karakter normatif, evaluatif, dan kritis yang menandai cabang filsafat ini. Normatif berarti ada upaya untuk menentukan norma sebagai  tolak ukur kebenaran pengetahuan. Evaluatif berarti epistemologi hendak menilai sejauh mana suatu pendapat di dalam pengetahuan ataupun pengetahuan pada umumnya dapat dibenarkan dan dipertanggungjawabkan. Sedangkan, kritis berarti epistemologi mengajak kita untuk mempertanyakan dan menguji seluruh proses kegiatan mengetahui manusia.
Epistemologi sebenarnya juga masih mempunyai cabang , yakni filsafat sains. Pada awalnya filsafat sains lebih merupakan suatu metode sekaligus pengakajian atas metode tersebut di dalam praktek kerja sains. Sudarminta di dalam bukunya yang berjudul epistemologi dasar menyatakan bahwa logika sains dapat dibedakan menjadi dua, yakni konteks penemuan ilmiah dan konteks pertanggungjawaban  rasional atas penemuan tersebut. Yang menjadi pusat analisis dari filsafat sains adalah konteks pertanggungjawaban rasional.
Memang di dalam dunia akademis, pengetahuan tidak hanya menjadi obyek kajian filsafat tetapi juga ilmu-ilmu lainnya, seperti psikologi, ilmu pengetahuan, dan sosiologi ilmu pengetahuan. Nah yang membedakannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah cara pendekatannya. Di mana filsafat hendak menyelidiki secara kritis pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mendasar sekaligus menyeluruh. Dalam proses ini, banyak pendapat umum dan argumen yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat akan goyang. Proses yang kurang lebih sama terjadi di dalam epistemologi ketika hendak merefleksikan pengetahuan manusia.
Contoh:
Jika pengetahuan manusia terus di sempitkan pada sains saja, pengetahuan-pengetahuan lainnya, seperti pengetahuan estetik, akan dianggap tidak bermakna. Konsekuensinya, pengetahuan manusia di reduksi terus menjadi pengetahuan saintifik saja dan ini adalah proses pemiskinan kekayaan pengetahuan manusia sendiri. Filsafat sains dapat berperan untuk menjernihkan pemahaman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar