Senin, 26 Desember 2016

Filosofi Bunga Asoka

Asoka Bunga Si Pengusir Sedih
Kata “Asoka” bisa jadi sudah sering Anda dengar. Kata ini berasal dari bahasa Sanskerta dan berarti bebas dari kesedihan (soka berarti sedih, a berarti tanpa). Dalam lafal yang sama, kajian sejarah mencatat seorang raja bernama Ashoka. Cukup menarik mengkaji kisah raja tersebut. Namun pada kesempatan ini, yang hendak kita urai adalah Asoka si pohon dengan bunga indah. Konon kabarnya, tokoh yang menyebarkan agama Buddha lahir persis di bawah pohon bunga Asoka ini. 
Soka sendiri berasal dari kata Asoka, diambil dari nama sebuah taman bunga bernama “Ashoka” yang sering diceritakan dalam pagelaran-pagelaran Sendratari Ramayana di Bali. Taman Ashoka (artinya bebas dari kesedihan) ini konon sangat indah, dimana Sitha  disembunyikan oleh Rahwana saat diculik dari Rama, suaminya. Rahwana berusaha menghibur dan membuat hati Sitha senang dan betah di taman itu, walaupun tak jua kunjung berhasil.
Soka atau Bunga Asoka  atau terkadang disebut juga dengan nama Kembang  Jaum /Kembang Jarum (Ixora spp i.e Ixora poludusa, Ixora coccinea, Ixora javanica etc) memiliki bentuk yang mirip jarum pada saat belum mekar. Jika mekar, maka kelopak bunganya yang kecil berjumlah empat akan terbuka sempurna, memamerkan benang sarinya. Bunga ini menjadi menarik karena setiap tangkai bunga terdiri atas puluhan hingga ratusan bunga kecil-kecil yang jika mekar semuanya membuat ukuran bunga secara keseluruhan menjadi cukup besar. Cukup jelas untuk terlihat diantara kerimbunan daun-daunnya yang hijau.
Bunga ini merupakan salah satu bunga yang umum digunakan dalam persembahyangan selain sebagai bunga potong untuk hiasan meja maupun sebagai tanaman penghias halaman. Seperti halnya bunga-bunga yang lain yang bisa dipergunakan untuk persembahyangan, bunga soka berwarna putih dipergunakan untuk penghormatan kepada Dewa Isvara. Sedangkan yang berwarna merah digunakan untuk penghormatan kepada Dewa Brahma, yang kuning untuk penghormatan kepada Dewa Raditya dan seterusnya – semuanya adalah sinar suci dari Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsinya masing-masing untuk menjaga keberlangsungan alam semesta beserta seluruh isinya. Penggunaan bunga Soka ini selain sebagai lambang penghormatan, juga harapan akan tercapainya kedamaian jiwa, jauh dari kesedihan dan derita. Sehingga yang tertinggal hanya kebahagiaan dalam setiap hati manusia.
Sebagai bunga, Asoka cukup populer dijadikan tanaman hias. Di Indonesia sendiri, cukup mudah mendapati Asoka tumbuh subur di pekarangan penduduk. Perawatan yang mudah serta tampilan bunganya yang cantik memang memaksa banyak orang untuk jatuh hati. Tahukah Anda bahwa selain dijuluki si pengusir kesedihan, bunga Asoka juga dijuluki Flame of the Wood atau Api Hutan. Sebutan ini boleh jadi karena warna bunganya yang mencolok dan trlihat hangat. Mengapa hutan? Sebab, konon bunga Asoka pertama kali ditemukan tumbuh liar di hutan. 
Tak banyak yang tahu, selain bermanfaat sebagai tanaman hias, ternyata bunga Asoka juga memiliki sejumlah khasiat terutama bagi kesehatan. Sifat mujarab-nya ini berasal dari senyawa hematoksilin pada bagian bunga dan kulit kayunya. Selain hemaktosilin, bunga Asoka juga mengandung tannin yang melimpah, zat besi serta unsur organik pembangun tubuh lainnya. Adapun khasiat bunga Asoka yang sudah banyak dibuktikan orang-orang, antara lain: untuk mengobati gejala disentri hemoragik, untuk mengatasi haid yang tidak lancer, untuk mengusir kram pada betis, dan untuk mengobati luka yang memar. 
Demikianlah pemaparan yang dapat saya sampaikan pada postingan kali ini mengenai filosofi dari bunga asoka yang dijuluki sebagai bunga pengusir kesedihan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.

1 komentar: