Asoka Bunga Si Pengusir Sedih
Kata “Asoka” bisa jadi
sudah sering Anda dengar. Kata ini berasal dari bahasa Sanskerta dan berarti
bebas dari kesedihan (soka berarti sedih, a berarti tanpa). Dalam lafal yang
sama, kajian sejarah mencatat seorang raja bernama Ashoka. Cukup menarik
mengkaji kisah raja tersebut. Namun pada kesempatan ini, yang hendak kita urai
adalah Asoka
si pohon dengan bunga indah. Konon kabarnya,
tokoh yang menyebarkan agama Buddha lahir persis di bawah pohon bunga
Asoka ini.
Soka sendiri berasal
dari kata Asoka, diambil dari nama sebuah taman bunga bernama “Ashoka” yang
sering diceritakan dalam pagelaran-pagelaran Sendratari Ramayana di
Bali. Taman Ashoka (artinya bebas dari kesedihan) ini konon sangat indah,
dimana Sitha disembunyikan oleh Rahwana saat
diculik dari Rama,
suaminya. Rahwana berusaha menghibur dan membuat hati Sitha senang dan betah di
taman itu, walaupun tak jua kunjung berhasil.
Soka atau Bunga Asoka
atau terkadang disebut juga dengan nama Kembang Jaum /Kembang Jarum
(Ixora spp
i.e Ixora poludusa, Ixora coccinea, Ixora javanica etc) memiliki bentuk
yang mirip jarum pada saat belum mekar. Jika mekar, maka kelopak bunganya yang
kecil berjumlah empat akan terbuka sempurna, memamerkan benang sarinya. Bunga
ini menjadi menarik karena setiap tangkai bunga terdiri atas puluhan hingga
ratusan bunga kecil-kecil yang jika mekar semuanya membuat ukuran bunga secara
keseluruhan menjadi cukup besar. Cukup jelas untuk terlihat diantara kerimbunan
daun-daunnya yang hijau.
Bunga ini merupakan
salah satu bunga yang umum digunakan dalam persembahyangan selain sebagai bunga
potong untuk hiasan meja maupun sebagai tanaman penghias halaman. Seperti
halnya bunga-bunga yang lain yang bisa dipergunakan untuk persembahyangan,
bunga soka berwarna putih dipergunakan untuk penghormatan kepada Dewa Isvara.
Sedangkan yang berwarna merah digunakan untuk penghormatan kepada Dewa Brahma,
yang kuning untuk penghormatan kepada Dewa Raditya dan seterusnya – semuanya
adalah sinar suci dari Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsinya masing-masing untuk
menjaga keberlangsungan alam semesta beserta seluruh isinya. Penggunaan bunga
Soka ini selain sebagai lambang penghormatan, juga harapan akan
tercapainya kedamaian jiwa, jauh dari kesedihan dan derita. Sehingga yang
tertinggal hanya kebahagiaan dalam setiap hati manusia.
Sebagai bunga, Asoka
cukup populer dijadikan tanaman hias. Di Indonesia sendiri, cukup mudah
mendapati Asoka tumbuh subur di pekarangan penduduk. Perawatan yang mudah serta
tampilan bunganya yang cantik memang memaksa banyak orang untuk jatuh hati.
Tahukah Anda bahwa selain dijuluki si pengusir kesedihan, bunga Asoka juga
dijuluki Flame of the Wood atau Api Hutan. Sebutan ini boleh jadi karena warna
bunganya yang mencolok dan trlihat hangat. Mengapa hutan? Sebab, konon bunga
Asoka pertama kali ditemukan tumbuh liar di hutan.
Tak banyak yang tahu,
selain bermanfaat sebagai tanaman hias, ternyata bunga Asoka juga memiliki
sejumlah khasiat terutama bagi kesehatan. Sifat mujarab-nya ini berasal dari
senyawa hematoksilin pada bagian bunga dan kulit kayunya. Selain hemaktosilin, bunga
Asoka juga mengandung tannin yang melimpah, zat besi serta unsur organik
pembangun tubuh lainnya. Adapun khasiat bunga Asoka yang sudah banyak
dibuktikan orang-orang, antara lain: untuk mengobati gejala disentri
hemoragik, untuk mengatasi haid yang tidak lancer, untuk mengusir kram pada
betis, dan untuk mengobati luka yang memar.
Demikianlah pemaparan yang dapat saya sampaikan pada postingan kali ini mengenai filosofi dari bunga asoka yang dijuluki sebagai bunga pengusir kesedihan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.
Nice info
BalasHapus