Melalui proses belajar,
baik formal di lembaga pendidikan maupun informal di lingkungan keluarga dan
masyarakat, kita sudah mendapatkan pemahaman bahwa manusia tidak bisa hidup
seorang diri. Selain sebagai pribadi, manusia juga akan terlibat dalam situasi
sosial. Manusia akan selalu bertemu dan berintaraksi dengan manusia lain.
Dengan demikian, jelaslah bahwa perilaku akan terjadi dalam dua lingkungan
kehidupan itu juga. Manusia akan menampilkan perilaku sebagai pribadi, selama ia
berada di dalam lingkungan personal. Selain itu, manusia juga akan menampilkan
perilaku sebagai anggota komunitas, selama ia berada di dalam lingkungan
sosial.
Selanjutnya, apa yang
sebetulnya terjadi di dalam lingkungan personal, dan apa yang terjadi di dalam
lingkungan sosial itu? Apakah yang terjadi di lingkungan personal akan sama
dengan yang terjadi di dalam lingkungan soosial? Apakah pasti, semua manusia
akan berperilaku di dalam dua lingkungan kehidupan itu? Untuk menjawab
pertanyaan itu, maka kita perlu mencermati secara prinsip, dalam situasi
bagaimana perilaku manusia ditampilkan?
Situasi ke-1 (ketika ingin mendapatkan
sesuatu)
Seperti yang sudah saya
posting sebelumnya bahwa perilaku dimaksudkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kenyamanan, maka kelompok situasi yang pertama ini sudah cukup
jelas menggambarkan mengapa ketidaknyamanan muncul ke permukaan. Jadi, orang
menampilkan perilaku antara lain pada saat ia memilki keinginan untuk
memperoleh sesuatu. Semakin kuat tingkat ataupun kadar kadar keinginannya, maka
akan semakin kuat pula tingkat ataupun ketidaknyamanan yang dirasakannya pada saat itu, dalam situasi yang sedang
dihadapinya. Kondisi tidak nyaman yang dirasakannya itu yang mendorongnya untuk
bergerak, melakukan segala upaya agar apa yang diinginkannya itu bisa
betul-betul diraihnya. Setiap keinginan akan selalu memunculkan kebutuhan, maka
kita perlu memerhatikan dan berupaya agar tidak terjadi sengketa kepentingan
diantara keempat komponen perilaku yang sudah kita bahas di postingan
sebelumya.
Dalam lingkup personal,
kurangnya perhatian terhadap kebutuhan apa yang perlu dipenuhi akibat keinginan
mendapatkan sesuatu itu, akan berdamapak pada terjadinya perselisihan antara
pikiran dan perasaan. Sedangkan dalam lingkup sosial, kurangnya perhatian
terhadap kebutuhan apa yang perlu dipenuhi, akan dapat menimbulkan perselisihan
antar-pribadi. Keinginan mendapatkan sesuatu di dalam lingkup sosial biasanya
berupa harapan mendapatkan sesuatu dari orang lain.
Situasi ke-2 (ketika menghindari sesuatu)
Sebetulnya situasi ini
serupa dengan situasi yang pertama, hanya saja arah energinya berbeda. Ketika
ingin mendapatkan sesuatu, maka energy diarahkan untuk meraih apa yang kita
inginkan. Sebaliknya, ketika ingnn menghindari sesuatu maka yang terjadi adalah
kita berupaya agar apa yang ada bisa kita lepaskan. Perbedannya, di dalam
situasi ini cenderung tidak bisa dipilih antara lingkup personal dengan lingkup
sosial. Karena dengan pemahaman bahwa oranglain tidak ingin dubah, maka ketika
kita minta orang lain menghentikan apa yang ia lakukan terhadap kita, supaya
kita bisa menghindari ketidaknyamanan yang diakibatkannya, menjadi sangat wajar
jika orang lain menolak. Saat itu terjadi, maka yang bisa kita lakukan adalah
mengupayakan sumber daya yang ada pada kita untuk membuat kita terhindar dari
perlakuan orang lain itu, bukan membuat orang lain berhenti. Jadi, apa yang
terjadi di dalam lingkup personal dan lingkup sosial akan relative sama.
Situasi ke-3 (ketika ingin mendapatkan
sesuatu demi menghindari sesuatu)
Contoh situasi seperti
itu antara lain, suami ngambek untuk mencari perhatian dalam rangka mengalihkan
perhatian istri agar istri tidak bertanya mengapa ia pulang larut malam bahkan
hampir pagi, tanpa ada kejelasan kemana, melakukan apa dan bersama siapa. Untuk
membahas situasi tersebut dalam lingkup sosial, seharusnya contoh yang di
berikan sudah cukup jelas. Sedangkan untuk lingkup personal, apa yang
ditampilkan contoh itu, mengandung pemahaman bahwa kenyamanan yang dituju oleh
suami adalah kondisi dimana ia tidak perlu berbohong pada sang istri, sekaligus
tidak perlu bercerita tentang aktivitasnya di luar rumah. Jadi, bukan sekadar
agar istri tidak percaya.
Situasi ke-4 (ketika ingin menghindari
sesuatu demi mendapatkan sesuatu)
Contoh situsi seperti
itu antara lain, suami ngambek dan dia tidak mau mengantar istri ke rumah orang
tuanya, supaya ia bisa menoonton siaran langsung sepak bola di rumah. Untuk
menjelaskan penerapannya di lingkup sosial, contoh yang diberikan harusnya
sudah cukup jelas. Sedangkan untuk membahas dalam lingkup personal, apa yang
ditampilkan dalam contoh itu, mengandung pemahaman bahwa kenyamanan yang dituju
oleh suami adalah kondisi dimana ia bisa menolak ajakan istri tanpa merasa
bersalah. Jadi, ia mencoba mengalihkan rasa bersalah itu ke pihak istri.
Demikianlah empat skenario
yang biasanya terjadi dan/atau dialami dalam lingkup keseharian, yang membawa
angina perubahan sehingga membuat kita merasa tidak nyaman, pada situasi dan
kondisi setempat. Setelah ini, dengan
mengetahui dan mengerti penerapan keempat scenario itu dalam hidup keseharian,
diharapkan kita menjadi lebih waspada terhadap bentuk-bentuk ketidaknyamanan
yang mungkin terjadi tanpa kita sadari. Tujuannya, supaya perilaku yang kita
tampilkan bisa makin terkendali sehingga dampak dari perilaku itupun bisa kita
antisipasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar