Senin, 26 Desember 2016

Filosofi Tumpeng

Filosofi Tumpeng
Nasi tumpeng, atau yang banyak dikenal sebagai ‘tumpeng’ saja merupakan salah satu warisan kebudayaan yang sampai saat ini masih dipercaya untuk dihadirkan dalam perayaan baik yang sifatnya simbolis maupun ritual. Tumpeng sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya ketika memperingati momen dan peristiwa penting. Tempat dihadirkannya tumpeng ini pun di desa-desa maupun di kota-kota besar. Dimulai dari masyarakat di pulau Jawa, Madura dan Bali, kini penggunaan tumpeng sudah menyebar ke bagian pelosok nusantara lainnya bahkan ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura bahkan Belanda. (dikenal dengan nama rijstafel). Meskipun diyakini berasal dari Pulau Jawa, masyarakat seluruh Indonesia sudah memaklumi dan mengenalnya dengan baik. Di balik tradisi tumpeng yang biasa dipakai dalam acara ‘selametan’, terdapat nilai-nilai yang sifatnya filosofis. Tumpeng mengandung makna-makna mendalam yang mengangkat hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan alam dan dengan sesama manusia.
Sayangnya penyebaran tumpeng yang begitu pesat dan meluas tidak dibarengi dengan makna filosofis yang terkandung didalamnya.  Bagaikan kotak hadiah yang tampak cantik dari luar namun orang lupa menaruh hadiah di dalamnya, maka berapapun cantik kotak hadiah tersebut, tidak akan punya arti apa-apa. Analogi inilah yang kira-kira terjadi pada tumpeng. Banyak orang yang tahu apa itu tumpeng tetapi tidak tahu artinya.
Padahal apabila dilihat dengan seksama, tumpeng ini sarat dengan makna sehingga apabila makna tersebut dipahami dan diresapi maka setiap kali tumpeng hadir dalam setiap upacara, manusia diingatkan lagi akan kekuasaan Sang Pencipta Alam, pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam dan mempelajari nilai nilai hidup darinya serta mempertahankan asas gotong royong, urip tulung tinulung dan nandur kebecikan, males budi yang menjadi dasar kerukunan dan keharmonisan hidup bermasyarakat.
Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut; karena itu disebut pula ‘nasi tumpeng’. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi keturunan Jawa dan biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia mengenal kegiatan ini secara umum. Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah bundar tradisional dari anyaman bambu) dan di daun pisang batu. Menurut kebiasaan, nasi tumpeng biasanya disajikan pada acara kenduri atau perayaan penting. Tumpeng erat kaitannya dengan keadaan alam Indonesia yang banyak dipenuhi gunung berapi.
Berdasarkan sejarah asalnya, nasi tumpeng dibuat untuk memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang). Kepercayaan ini bergeser saat masyarakat dipengaruhi budaya Hindu. Nasi tumpeng dibuat kerucut untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi. Pada saat Islam masuk ke nusantara, budaya nasi tumpeng ini kemudian diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa.
Tumpeng merupakan akronim dalam bahasa Jawa, yakni yen metu kudu sing mempeng(kalau keluar harus sungguh-sungguh). Selain tumpeng, ada satu lagi jenis makanan bernama “Buceng”, yang dibuat dari ketan. Buceng juga merupakan akronim dari yen mlebu kudu sing kenceng (jika masuk harus dengan sungguh-sungguh). Dalam penyajiannya, nasi tumpeng biasanya dilengkapi dengan lauk-pauknya yang berjumlah 7 macam, angka 7 dalam bahasa Jawa berarti pitu. Angka pitu ini artinya pitulungan (pertolongan).
Jika pada zaman dahulu nasi tumpeng merupakan perwujudan rasa terimakasih pada Yang Maha Kuasa, maka kini nasi tumpeng sudah beralih fungsi menjadi kue ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun.Dalam budaya Jawa, nasi tumpeng memiliki banyak jenis, antara lain tumpeng sangga langit, Arga Dumilah, Tumpeng Megono dan Tumpeng Robyong. Penyajian nasi tumpeng beserta lauk pelengkapnya memiliki filosofi dan makna tertentu.
Pada zaman dahulu, nasi tumpeng biasanya dibuat dari nasi putih. Meski saat ini tumpeng sudah memiliki variasi tertentu. Nasi putih yang berbentuk kerucut melambangkan sesuatu yang kita makan harusnya berasal dari sumber yang bersih dan halal. Sedangkan bentuk kerucut tumpeng dapat diartikan sebagai harapan agar hidup selalu sejahtera. Lauk penting yang biasanya ada pada nasi tumpeng adalah ayam. Biasanya dipilih ayam jantan yang dimasak utuh dengan bumbu kuning dan diberi santan kental. Pemilihan ayam jago dapat memiliki makna menghindari sifat-sifat buruk ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.
Selain itu, nasi tumpeng juga dilengkapi dengan ikan lele. Meski kini orang kadang memilih jenis ikan lain sebagai lauk nasi tumpeng. Ikan ini menjadi simbol dari ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun. Lauk lain yang disajikan adalah ikan teri. Ikan ini biasanya digoreng dengan atau tanpa tepung. Ikan teri selalu hidup bergerombol. Filosofi yang dapat diambil, sebagai contoh dari kebersamaan dan kerukunan. Nasi tumpeng juga sering dilengkapi dengan telur rebus utuh. Hal ini melambangkan jika semua tindakan harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan. Telur juga menjadi perlambang jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.
Pelengkap lainnya yang tidak boleh tertinggal adalah sayur urab. Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau urap dan lain-lain. Seperti halnya pelengkap lainnya, sayur-sayuran ini juga mengandung simbol-simbol penting. Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindungi. Bayam dapat diartikan dengan ayem tentrem. Taoge atau kecambah berarti tumbuh Kacang panjang dapat diartikan sebagai pemikiran yang jauh ke depan. Sedang bawang merah diartikan mempertimbangan segala sesuatu dengan matang baik buruknya. Pada bagian atas tumpeng biasanya diberi dengan cabe merah. Ini berarti api yang memberikan penerangan yang bermanfaat bagi orang lain. Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya. Dan yang terakhir adalah bumbu urap berarti urip atau hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.
Demikianlah pemaparan tentang nasi tumpeng, yang mana setiap bagiannya memiliki makna dan filosofis tersendiri, baik itu jumlah lauk, bentuk nasinya, maupun pelengkap lain yang ada dalam nasi tumpeng.


1 komentar:

  1. PROMO SPESIAL 100% SABUNG AYAM ONLINE | MENANG TARUHAN BERUNTUN -

    Nikmati Promo Spesial Bonus 100% Khusus untuk Taruhan Sabung Ayam Onlie yang di siarkan secara Live (Langsung) dari Arena yang ada di Negara Filipina !

    Pertandingan di liput secara live oleh kru proffesional dari Laga Tournament yang di adakan di negara tersebut ! Minimal Deposit hanya IDR 50.000,- Dan Untuk Taruhannya minimal IDR 20.000,- Saja

    Dapat di tonton melalui Aplikasi Khusus yang dapat di download dan di Instal di Smartphone Android / iOS kesaangan anda !

    Download Aplikasi Sabung Ayam Livenya sekarang juga ! Klik Di sini <<<===

    Tersedia :
    » Sabung Ayam S128
    » Sabung Ayam SV388

    Menerima Transakdi Deposit & Withdraw Menggunakan OVO | GOPAY | LINKAJA | DANA | PULSA dan SEMUA JENIS REKENING BANK DI INDONESIA.

    Untuk Informasi selengkapnya, Hubungi Kontak Cs kami yang online 24 Jam dibawah ini :

    » Nomor WhatsApp : +62812-2222-995
    » ID Telegram : @bolavitacc
    » ID Wechat : Bolavita
    » ID Line : cs_bolavita

    BalasHapus