Menurut pemikiran Toge
Apriliyanto seorang psikolog, yang menyatakan bahwa biasanya jika orang
berbicara tentang bahagia, maka yang digunakan sebagai alas berpikirnya adalah
konsep-konsep spiritual atau agama. Nah, dalam tulisan ini kita akan berbicara
tentang perkara bahagia menggunakan alas berpikir yang beliau kenal dan beliau
pahami yaitu psikologi. Lebih tepatnya, beliau akan berbicara tentang perkara
bahagia dalam kaitannya dengan perilaku dan relasi. Itu sebabnya pada
postingan-postingan sebelumnya saya mengupas seluk-beluk tentang relasi dan perilaku, sebelum
berbicara tentang bahagia.
Berdasarkan
pemahamannya., beliau menerjemahkan bahagia secara sederhana dalam suatu
definisi sebagai berikut:
“bahagia adalah kondisi internal yang
sangat menyenangkan sehingga membuat kita merasa sangat nyaman karena semua
hal yang kita alami dan hadapi pada saat itu, ditempat itu, sangat sesuai
dengan apa yang kita inginkan”.
Dengan demikian,
bahagia memang sangat bersifat subjektif. Lebih dari itu, tidak hanya
subjektif, bahagia juga bersifat sangat fluktuatif (berubah-ubah). Hal ini
dikarenakan keinginan kita jelas bersifat subjektif-fluktuatif, tergantung
persepsi yang terbangun di dalam diri kita pada kondisi dan situasi saat itu,
di tempat itu.
Seperti yang sudah kita
ketahui bersama bahwa peerilaku memerlukan kesepakatan mufakat dari keempat
komponen utamanya. Kita juga telah mengetahui bahwa relasi memerlukan transaksi
positif supaya dapat terjadi. Selain itu, perilaku dan relasi juga kita ketahui
selalu ditujukan untuk mendapatkan (kembali) rasa nyaman , agar kita bisa
menacapai titik keseimbangan. Atas dasar pengetahuan itulah kita dapat memahami
apa yang dimaksud denan bahagia. Bahagia disebut sebagai kondisi internal yang
sangat menyenangkan dan nyaman; berearti merujuk pada kenyataan bahwa titik
keseimbangan telah dicapai. Bahagia disebut sebagai kondisi dimana semua yang
dihadapi sesuai dengan apa yang diinginkan; berarti merujuk pada kenyataan
bahwa transaksi positif berhasil dicapai
sehingga relasi dapat terjalin. Bahagia disebut sebagai kondisi dimana semua
kesesuaian terjadi saat itu, di tempat itu, berarti merujuk pada kenyataan
bahwa telah tercapai kesepakatan yang mufakat.
Jadi, walau bahagia
dimaknai dengan beragam cara dan alas berpikir yang sangat subjektif, bahagia
dapat dibicarakan dalam kesetaraan, karena dengan memakai konsep perilaku dan
relasi, kita tidak lagi terbatasi oleh tata aturan normative-direktif yang
mengikat,, bahkan membatasi ruang gerak kita seebagai manusia yang unik, baik
dan dinamis. Dengan pemahaman itu, kita bisa mengetahui bahwa konep bahagia
tidak perrlu diperdebatkan apalagi dipertikaikan. Karena kita tahu bahwa setiap
orang memilihh perilaku yang akan ditamlplilkan sesuai denan kebutuhan yang
melatarbelakanginya pada saat itu, di tempat itu, maka kita selayaknya memahami
juga bahwa orang lain memilliki gambaran bahagia sendiri-sendiri, bergantung
pada hal apa yang melatarbelakangi gambaran bahagia tersebut. Karena kita tahu
bahwa setiap orang melibatkan pihak lain
dalam jalinan relasi agar dapat bercermin dan mengetahui apa yang kita
butuhkan, serta apa yang perlu dilakukan guna memenuhi kebutuhan itu, maka kiat
selayaknyamemahami juga bahwa orang lain punya kebutuhan akan kebahagiannya
sendiri-sendiri, yang terpantul dari aktivitas relasi yang terjalin diantara
dirinya denan pihak lain.
Akhirnya, karena kita
mengetahui bahwa perilaku dan relasi selalu akan terjadi dalam status “disini
dan sekarang”, kita juga selayaknya memahami bahwa bahagia selalu akan berubah
sesuai kondisi “di sini dan sekarang itu”. Jadi, tidak ada bahagia abadi dan
tidak derita abadi karena keduanya selalu terjadi secara bersamaan dalam status
“di sini dan sekarang”. Ada saat yang sama, di tempat yang sama, kita akan
merasa bahagia sekaligus akan merasa ada hal yang juga tidak menyenagkan,
tergantung bagaimana kita mengelola persepsi kita saat itu. Contoh: aku mangkel
karena urusan pada hari ini tidak berjalan selancar yang aku inginkan, tetapi
pada saat yang sama aku juga merasa bahagia karean hari inni aku jadi punya
waktu luang dan berkesempatan mengerjakan pekerjaan lain sehingga aku bisa
melampaui target kerja yang sudah aku tetapkan, berkait pekerjaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar