Kekosongan
Dan Kehampaan Diri
Banyak dari kita yang pernah merasakan kegelisahan, keraguan,
dan kemurungan dalam hal seperti kesulitan mencari pasangan, keadaan ekonomi
yang semakin memburuk serta bahaya yang selalu mengancam. Hal ini menimbulkan
suatu pertanyaan, apakah unsur utama dibalik kegelisahan yang hebat tersebut?
Tokoh ternama psikologi, Freud mengatakan kegelisahan timbul
antara larangan masyarakat dengan keinginan yang terpendam. Lalu Otto Rank
menjelaskan, kegelisahan terletak pada perasaan inferioritas atau rendah diri,
ketidak mampuan seseorang pada perasaan bersalah. Pada dekade berikutnya
kegelisahan berfokus pada perasaan bermusuhan antar individu atau antar
kelompok, persaingan yang semakin ketat.
Adapun saat ini, kegelisahan psikologis
adalah suatu perasaan kekosongan batin yang tidak disadari. Bukan
hanya tidak mengetahui keinginan sendiri tetapi juga kekosongan itu
mengakibatkan seseorang tidak memiliki gambaran yang jelas tentang perasaan
yang dialami sendiri. Mereka merasa diombang-ambingkan kesana kemari hanyut
dalam perasaan tak berdaya. Perasaan pilu yang tak menentu ini menimbulkan
keraguan, kekosongan, dan kehampaan. Mengapa perasaan tersebut dapat muncul?
Hal ini dikarenakan kekosongan, kehampaan,
dan keraguan akan muncul ketika seseorang tidak memiliki pegangan, pedoman,
serta petunjuk dalam menjalani kehidupannya. Mereka terombang-ambing dalam arus
kehidupan karena ketidaktahuannya akan arah akhir yang ingin dituju.
Ada pula manusia yang tetap merasa kosong,
hampa, dan ragu meskipun telah memiliki pegangan dan pedoman. Mengapa hal ini
terjadi? Ternyata memiliki pegangan dan pedoman saja tidak cukup ketika pedoman
tersebut bukanlah petunjuk yang Haq (Benar).
Pedoman yang Haq
Telah kita yakini bersama bahwa manusia
diciptakan oleh Allah. Selain menciptakan manusia, Allah juga menciptakan alam
sebagai tempat manusia tinggal. Lalu untuk apa manusia tinggal di alam ini?
Apakah Allah membiarkan begitu saja tanpa ada tujuan yang jelas?
Selain manusia dan alam, Allah juga
menciptakan petunjuk untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan manusia, apakah
itu? Tentunya petunjuk itu adalah Al-Quran yang setiap konsepnya telah
termaktubkan dalam lembaran-lembaran (mushaf) Usmani. Dengan demikian, sudah
menjadi fitrah manusia untuk menjalankan Al-Quran (sebagai petunjuk) di Alam
ini.
Ada dua penyebab kekosongan dan keraguan
hati terjadi, pertama karena tidak memiliki pedoman, atau yang kedua pedoman
yang ia yakini selama ini bukanlah pedoman yang haq. Dalam kehidupan ini (yang
berasal dari Allah), manusia sebagai ciptaan-Nya, yang tinggal di bumi Allah,
seharusnya menggunakan petunjuk serta pedoman yang juga berasal dari Allah.
Itulah pedoman dan petunjuk yang Haq, yang tidak lain dan tidak bukan adalah
Al-Quran.
Al-Quran sebagai petunjuk (Hudan), termaktub dalam banyak
ayat di Al-Quran, beberapa diantaranya:
1.
“Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk (Hudan) bagi
mereka yang bertaqwa” (Q.S. Al-baqarah (2): 2)
2.
“Al Quran ini adalah pedoman bagi
manusia, petunjuk (hudan) dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (Q.S.
Al-Jatsiyah (45: 20)
Dari kedua ayat tesebut, maka dengan tegas
telah dijelaskan bahwa kitab Al-Quran adalah petunjuk. Petunjuk haruslah
diikuti dan dijadikan tuntunan. Bukan hanya sekedar dibaca! Namun
harus dimaknai untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan.
Pesan terakhir Rasulullah
Selain termaktub dalam Al-Quran, Rasulullah juga berpesan
ketika haji wada’. Pesan ini pulalah pesan terakhir Rasulullah semasa hidup di
dunia.
تركت فيكم امرين ما ا ن تمسّكتم بهما لن تضلّو ا ا بدا, كتاب
الله و سنّت رسوله
Artinya:
“Telah aku tinggalkan dua perkara untuk kalian, jika kalian
berpegang teguh kepada keduanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya,
yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul”
Rasulullah Muhammad yang merupakan manusia
paling terpercaya, yang setiap kata dan perbuatannya adalah wahyu, hanya
menjamin 2 perkara di dunia ini, yaitu kitabullah dan sunnah rasul. Selain
kedua itu, tidak ada jaminan akan kebenarannya yang tentu pula tidak ada
jaminan bahwa kita akan dibawa pada jalan yang benar. Jika memang kita mengaku
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sudah seharusnya kita percaya
sepenuhnya, tanpa keraguan sedikitpun, kepada semua yang bersumber dari Allah
dan Rasul-Nya.
Paham dan Ikuti Petunjuk yang Haq
Selama mengikuti petunjuk yang Haq, maka
tidak akan ada lagi kekosongan, kehampaan, dan keraguan dalam hati. Sudah
seharusnyalah manusia sebagai ciptaan-Nya, yang tinggal di bumi Allah,
menggunakan petunjuk serta pedoman yang juga berasal dari Allah, yang tidak
lain dan tidak bukan adalah Al-Quran.
Al-Quran diciptakan salah satunya untuk
menjadi petunjuk. Dengan demikian, Al-Quran diciptakan untuk difahami dan
kemudian dilaksanakan dalam kehidupan. Bukan sekedar di baca!
Ibarat sebuah perjalanan, ketika kita ingin pergi ke suatu
kota, maka kita akan mengikuti petunjuk yang tertera di papan penunjuk jalan. Ketika
kita hanya membaca tanpa menjalankan instruksinya, maka sudah dipastikan kita
akan tersesat. Ketika ingin ke Bogor, maka kita akan mengikuti petunjuk jalan
yang mengarahkan ke Bogor, sedangkan ketika ingin ke kota lain, maka kita akan
mengikuti arahan sesuai dengan tulisan yang tertera pada papan penunjuk.
Kita yang diciptakan oleh Allah dan akan
kembali pada Allah (inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’un), maka tujuan akhir
kita, termasuk dalam kehidupan di dunia ini, adalah Allah. Dengan demikian,
kita harus mengikuti petunjuk yang berasal dari Allah, yaitu Al-Quran. Untuk
dapat mengikuti petunjuk tersebut, kita harus memahami Al-Quran.
Oleh karena itu, mari tanyakan pada diri
sendiri, sudah seberapa banyak waktu yang kita luangkan untuk memahami
Al-Quran, bukan sekedar membacanya? Dan sudahkan kita melaksanakan apa yang
termaktub dalam kitab Al-Quran?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar