Senin, 26 Desember 2016

Siapa Yang Terlibat Dalam Relasi?

Jika dalam postingan sebelumnya disebutkan bahwa relasi selalu terjadi di alam personal, berarti jelas bahwa yang terlibat dalam setiap relasi adalah hanya diri sendiri. Apakah betul begitu? Bila ya, bagaimana dengan kehadiran pihak lain? Bukankah adakalnya dalam relasi ada kehadiran pihak lain? Bila kita bicara tentang perilaku di alam personal, memang tidak ada keterlibatan pihak lain, karena yang ada dalam alam personal hanyalah komponen-komponen perilaku kita seendiri yang saling berinteraksi. Akan tetapi, terkait dengan perilaku kita di alam sosial, selalu ada keterlibatan atau minimal sekadar kehadiran pihak lain. Dengan demikian, walau sudah disebut bahwa relasi masing-masing pihak, secara nyata hal itu tidak dapat mengabaikan adanya kehadiran pihak lain. Jadi, artinya dalam relasi juga ada keterlibatan pihak lain, selain diri sendiri.
Walaupun demikian, kehadiran pihak lain itu sesungguhnya mengandung makna refleksi atau cermin. Artinya, secara prinsip ketika relasi terjalin yang terjadi ialah interaksi diantara diri kita dengan bayangan atau refleksi diri kita yang terpantul melalui pihak lain. Hal ini memperjelas paparan tentang prasyarat “transaksi positif” yang perlu ada dalam relasi, dimana hal itu hanya akan terjadi kalau proses berpikir asosiatif yang kita tampilkan menunjukan hasil bahwa memang ada kecocokan diantara apa yang dipantulkan pihak lain melalui perilakunya, dengan apa yang kita butuhkan untuk memperoleh apa yang kita inginkan pada saat itu, di tempat itu.
Menurut Alice Miller dalam bukunya “The Drama of The Gifted Child” dijelaskan bahwa kontak natural alamiah, yang terjadi antara diri kita dan kebutuhan-kebutuhan yang kita miliki, akan memberi kita kekuatan dan harga diri. Pengalaman kita saat bayi, bersama sosok ibu pada masa itu, akan menjadi pedoman apakah kita akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat atau tidak. Perasaan tidak Nyaman yang kita rasakan sesaat kita ketika kita dilahirkan, akan menghasilkan pedoman negative, ketika hal itu ditanggapi oleh sang ibu dengan reaksi negaatif (contoh: menangis, mengeluh sakit, takut, menjaga jarak atau menolak, dan lain-lain). Sebaliknya, kebutuhan untuk memperoleh rasa nyaman yang dirasakan saat itu, akan menghasilkan pedoman positif bila ibu menanggapinya dengan reaksi positif (contoh: tertawa, mengucap syukur, membelai, mencium lembut, dan lain-lain).
Pemahaman tersebut juga didukung oleh pernyataan William Glasser bahwa manusia berperilaku selalu ditunjukan untuk mendapatkan lebih banyak kendali atas hidup dan dunia yang ia tempati. Viktor Frankl juga pernah mengatakan bahwa manusia selalu berupaya melakukan hal-hal yang bermakna bagi dirinya, agar ia merasa berarti dan menjadi nyaman karenanya. Dengan begitu, semakin jelas bahwa sesungguhnya, kalau kita memilih untuk bersepakat dengan pihak lain dan kita memilih untuk menjalin relasi dengan piihak lain, hal itu semata-mata adalah upaya kita untuk dapat memenuhi kebutuhan diri kita demi mendapatkan rasa nyaman yang diidamkan. Jadi, bukan tentang apa yang dimilki dan/atau ditampilkan pihak lain, tetapi selalu tentang apakah ada kecocokan dengan apa yang kita miliki dan/atau butuhkan.
Penjelasan bahwa hanya diri sendiri yang terlibat dalam setiap relasi juga dapat diperoleh dari pemahaman bahwa kebanyakan orang membuat keputusan memakai pola berpikir otomatis (bersifat asosiatif), bukan berpikir terkontrol (bersifat rasional). Jelas bahwa tanggapan yang kita tampilkan atas perilaku yang dipaparkan pihak lain terhadap kita , tidak semata-mata merupakan reaksi atas perilaku yang kita terima atau alami, tetapi lebih rumit dari itu, tanggapan yang kita tampilkan merupakan hasil dari proses yang terjadi dalam diri kita, secara asosiatif berdasarkan apa yang kita butuhakn pada saat itu, di tempat itu. maka, dalam pemahaman tentang realasi, yang penting bukanlah apa yang dilakukan pihak lain terhadap kita, tetapi apa yang terjadi dalam ruang asosiasi kita terkait peristiwa yang kita alami pada saat itu, di tempat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar