Sepenggal
Kisah Bunga Azalea
When you leave,
weary of me,
without a word I shall gently let you go.
From Mt. Yak
in Yongbyon
I shall gather armfuls of azaleas
and scatter them on your way.
Step by step
on the flowers placed before you
tread lightly, softly as you go.
When you leave
weary of me,
though I die, I'll not let one tear fall.
weary of me,
without a word I shall gently let you go.
From Mt. Yak
in Yongbyon
I shall gather armfuls of azaleas
and scatter them on your way.
Step by step
on the flowers placed before you
tread lightly, softly as you go.
When you leave
weary of me,
though I die, I'll not let one tear fall.
Azalea, nama yang indah
bukan? Saking indahnya, keindahan Azalea telah menginspirasi banyak sastrawan
untuk menciptakan puisi. Satu diantaranya adalah penyair terkenal Korea,
Kim So Wol (1902-1934) dengan puisinya yang berjudul ‘Jindallae
Kkot’ (Azalea Flower).
Bunga Azalea
(Rhodondron sp) atau disebut juga Saliyah atau orang Indonesia lebih
mengenalnya dengan nama bunga Kudadampit atau sebagaian lagi menyebutnya Turuwara
adalah jenis tanaman berbunga dari keluarga Ericaceae dan
genus Rhododendron, untuk speciesnya sendiri Azalea memiliki beragam nama
sesuai warna bunganya, misalkan Azelea putih nama spesiesnya adalah Rhododendron
mucronatum, Azelea ungu nama spesiesnya adalah Rhodondrum
pulchru. Bunga Azalea ini memiliki 800 ragam spesies, dengan keindahan warna-warna
yang dimiliki oleh spesiesnya masing-masing. Beberapa spesies bahkan tumbuh
endemik di Indonesia.
Azalea tumbuh
disebagian besar Asia Timur dan Amerika Utara. Pada habitat liar ia biasa
tumbuh di hutan dan wilayah berawa. Namun di Indonesia, Azalea banyak tumbuh di
dataran-dataran tinggi dan puncak-puncak gunung. Keindahannya menjadi pelengkap
sang bunga abadi, Edelweis. Azalea adalah sesuatu yang terserak. Azalea atau
bunga Saliah yang dalam bahasa Koreanya disebut dengan ‘chindale kkoch’ adalah
bunga liar yang tumbuh di bukit-bukit gersang, yang banyak dianggap oleh orang
sebagai bentuk sebuah perdamaian. Banyak hal penting yang ada di sekitar kita
yang berlalu begitu saja, karena belum atau tidak adanya pemahaman, karena kita
selalu menganggap masalah yang sederhana.
Bagi kolektor bunga
hias, Azalea telah dikenal sebagai bunga yang mampu menyerap
karbondioksida dan memancarkan aura dingin bagi lingkungan sekitarnya. Sehingga
Azalea mampu memberikan kesejukan, membawa kedamaian dan membuat suasana hati
menjadi tenang.
Makna Sekuntum Azalea
Azalea sebenarnya
bukanlah termasuk bunga yang mewah, karenanya Azalea memiliki makna
kesederhanaan dalam sifatnya. Azalea memang bukan yang terindah, begitu nampak
biasa, namun memberikan kesan indah dan memancarkan aura kesejukan. Itulah
sebuah kekuatan yang tersimpan di balik keindahan yang sederhana. Pada habitat
liar Azalea biasa tumbuh di hutan, di bukit-bukit, bahkan di rawa berlumpur,
sehingga tanpa perlakukan khusus pun ia tetap bisa tumbuh dan bertahan hidup
hingga waktunya musim semi tiba ia memekarkan keindahan warna bunganya
yang bermacam rupa.
Maka, mengenali Azalea
adalah mengenali tentang keikhlasan.Azalea adalah bahasa pemahaman. Ada bukan
karena di adakan, hadir bukan karena dihadirkan. Azalae begitu apa adanya,
sehingga begitu mudah untuk dipahami, namun begitu sulitnya kita untuk bisa
mencoba memahaminya. Kita bisa belajar dari beberapa kasus di sekitar kita ,
terakhir adalah kasus bentrok antar satpol PP dan warga di Priok, dan
masalahnya adalah kesalah pahaman.Memahami memang tidak hanya melihat ,
mendengar, tahu, namun juga mengerti arti sesungguhnya.Untuk bisa paham, kita
harus dekat, melekat atau bersama. Merasa duduk sama rendah dan berdiri sama
tinggi.
Azalea adalah
pembelajaran. Bila tidak pernah merasa tinggi, mengapa takut jatuh, bila tidak
merasa mulia, mengapa merasa dihinakan, bila tidak pernah bersama, mengapa
takut ditinggal. Azalea adalah bahasa keikhlasan. Walaupun tidak di tanam ia
tumbuh, tidak disirami ia mekar, dan azalea selalu menyejukkan dan meninggalkan
kesan indah.
Kita ingat sebuah peribahasa :
” 호랑이는 죽어서 가죽을 남기고 사람은 죽어서 이름은 남긴다 ( horangineun jugeoseo gajugeul namgigo
sarameun jugeoseo ireumeun namginda ), persis seperti peribahasa di Indonesia :
” harimau mati meninggalkan belang ( kulit ), manusia mati meninggalkan nama “.
Semoga kita selalu dijadikan orang-orang
yang bisa mengambil hikmah pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar