Filosofi Ketupat Menurut Syariat Islam
Siapa yang tidak kenal dengan hidangan yang satu ini? Selain
rasanya yang enak, bentuk ketupat juga beraneka ragam. Umumnya ketupat identik
sebagai hidangan spesial lebaran, tradisi ketupat ini diperkirakan berasal dari
saat islam masuk ke tanah jawa.
Dalam sejarah, sunan Kalijaga adalah orang yang
pertama kali memperkenalkannya pada masyarakat jawa. Beliau membudayakan dua
kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat. Bakda kupat dimulai seminggu
sesudah lebaran. Pada hari yang disebut bakda kupat tersebut, di tanah jawa
waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.
Setelah sudah selesai dimasak, kupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih
tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan.
Ketupat di buat dari bahan dasar beras dan janur (daun kelapa
muda). Beras ternyata merupakan symbol dari nafsu dunia sedangkan janur
meruapakan kependekan dari “jatining nur” atau bisa diartikan hati nurani.
Jadi, ketupat itu symbol dari nafsu dunia yang bisa di tutupi oleh hati nurani.
Setiap manusia itu punya hawa nafsu, tetapi nafsu itu bisa dikendalikan atau
dikekang oleh hati nurani.
Ketupat sendiri menurut para ahli memiliki beberapa arti,
diantaranya adalah:
1. Pertama,
mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman
bungkus ketupat.
2. Yang
kedua, mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari
segala kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua.
3. Yang
ketiga, mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu
dihubungkan dengan kemenangan umat muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan
akhirnya menginjak hari yang fitri.
Bentuk persegi ketupat juga diartikan masyarakat jawa sebagai
perwujudan kiblat papat limo pancer. Ada yang memaknai kiblat papat
limo pancer ini sebagai keseimbangan alam: 4 arah mata angin utama, yaitu
timur, selatan, barat, dan utara. Akan tetapi semua arah ini bertumpu pada satu
pusat (kiblat). Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam akan hilang. Begitu
pula hendaknya manusia, dalam kehidupannya, ke arah manapun dia pergi,
hendaknya jangan pernah melupakan pancer (tujuan): tuhan yang maha esa.
Kiblat papat limo pancer ini dapat juga diartikan
sebagai 4 macam nafsu manusia dalam tradisi jawa: marah (emosi),
aluamah (nafsu lapar), supiah (memiliki sesuatu yang bagus), dan
mutmainah (memaksa diri). Keempat nafsu ini adalah empat hal yang kita
taklukkan selama berpuasa, jadi dengan memakan ketupat, disimbolkan bahwa kita
sudah mampu melawan dan menaklukkan hal ini.
Kupat merupakan kependekan dari “ngaku lepat” atau mengakui
kesalahan. Itulah mengapa setiap hari raya idul fitri selalu ada tradisi saling
memaafkan. Idul fitri atau yang biasa disebut lebaran erat kaitannya dengan
“laku papat” ini. Keempat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan,
laburan.
Lebaran, berasal dari kata “lebar” (selesai), itulah mengapa
idul fitri atau 1 syawal biasa disebut lebaran yang dimaksudkan telah selesai
menjalani ibadah puasa ramadhan. Istilah lebaran hanya dikenal di indonesia dan
negara selain indonesia tidak mengenal istilah lebaran ini.
Luberan, berasal dari kata “luber” (meluap/melimpah), kata
ini memberikan pesan untuk berbagi dengan sesama terutama dengan orang yang kurang
beruntung, yakni sedekah secara ikhlas, seperti lubernya air dari tempatnya.
Hal ini juga dapat kita jumpai pada bulan ramadhan yakni pemberian zakat
fitrah, infaq dah sedekah.
Leburan, (melebur/menghilangkan), seiring dengan pengertian
“ngaku lepat“, yakni mengakui kesalahan dan saling memohon maaf. Dalam
masyarakat jawa, permohonan maaf ini biasanya dilakukan dengan tradisi
sungkeman, yakni permohonan maaf dari orang yang lebih muda kepada yang lebih
tua atau dari anak kepada orang tuanya. Kalimat yang biasanya diucapkan adalah
“mugi segedo lebur ing dinten meniko” maksudnya semua kesalahan dapat dilepas
dan dimaafkan pada hari tersebut.
Laburan, dari kata “labur” atau kapur (bahan untuk
memutihkan dinding), kebiasaan masyarakat jawa sebelum lebaran adalah melabur
atau memutihkan dinding rumah agar terlihat bersih pada saat lebaran. Hal ini
juga memberikan pesan bahwa agar senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Jadi setelah melaksanakan leburan (saling memaafkan) dipesankan untuk selalu
menjaga sikap dan tindakan yang baik, sehingga mencerminkan budi pekerti yang
baik pula.
Filosofi
ketupat
Yang pertama yaitu mencerminkan beragam kesalahan manusia.
Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat ini. Kedua tentang
kesucian hati, yang mana setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih
dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan
dari segala kesalahan. Ketiga, mencerminkan kesempurnaan, hal ini terlihat dari
bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat
islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak idul fitri.
Keempat, yakni karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan,
maka dalam pantun jawa pun ada yang bilang “kupat santen“, kulo lepat
nyuwun ngapunten (saya salah mohon maaf).
Nah berdasarkan pemaparan tersebut kita, menjadi tahu betapa
besar peran para wali dalam memperkenalkan agama islam dengan
menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan
ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga saat ini.
Daftar Taruhan Bola Online
BalasHapusUNTUK INFO LEBIH JELAS SILAHKAN HUBUNGI KONTAK DI BAWAH INI :
wechat : bolavita
line : cs_bolavita
WA : +6281377055002
BBM: D8DB1C57
#PialaDunia #BandarPialaDunia #JudiOnlinePialaDunia #TaruhanOnlinePialaDunia